'kakak ke mana pampersnya?'
Anak saya menjawab polos dan santai 'dilepas sama mam, mah.'
'Oh, gitu.. ' pikiran saya sudah ke mana-mana.. bagaimana kalau tiba-tiba dia mau buang air kecil atau besar, aduh-aduh... lalu saya katakan 'sekarang setelah ganti baju pakai pampers lagi ya'
'kenapa mah pakai pampers lagi?'
Waduh, kakaaaak... jangan.. jangan sekarang mamah belum siap kata saya dalam hati.
Mengapa Mamah Belum Siap?
1. Takut Berantakan
Toilet training adalah proses yang tidak instan. Di awal, sering kali anak belum sepenuhnya paham kapan mereka harus buang air kecil atau besar. Hal ini membuat para orang tua, terutama mamah, termasuk saya khawatir rumah akan menjadi berantakan. Apalagi jika anak belum sepenuhnya bisa mengontrol buang airnya. Bahkan saat sedang berada di luar, mamah cemas akan adanya "kecelakaan" di tempat umum.
2. Kenyamanan dan Kepraktisan
Pampers memberikan kenyamanan dan kepraktisan yang besar bagi orang tua. Saat sedang bepergian atau sibuk, pampers memudahkan orang tua karena tidak perlu buru-buru mencari toilet untuk anak. Melepas pampers berarti mamah harus lebih sigap dan siap menghadapi situasi darurat kapan saja. Mamah termasuk saya harus keluar dari zona nyaman.
3. Perasaan Belum Siap Secara Emosional
Transisi dari pampers ke toilet juga bisa menjadi momen emosional. Bagi sebagian mamah, ini menandakan bahwa anak kita semakin besar dan lebih mandiri. Meski membanggakan, ini juga bisa menimbulkan perasaan takut kehilangan "bayi kecil" kita, sehingga membuat proses melepas pampers terasa sulit. Rasa-rasanya kok agak kurang rela ya menerima realita anak kita bertumbuh dan berkembang.
4. Perubahan rutinitas
Melepaskan pampers berarti mengubah rutinitas harian yang sudah terbentuk dan perubahan ini bisa menimbulkan kecemasan.
Lalu bagaimana cara mengatasinya?