Pagi itu, mentari terbit dengan malu-malu dari balik awan kelabu. Kota kecil di pinggir laut itu baru saja tertidur pulas setelah semalaman diguyur hujan. Jalanan basah dan berbau tanah menyambut langkah-langkah para warga yang memulai aktivitas mereka. Di antara keramaian itu, seorang pria tua berjalan tertatih dengan seragam lusuhnya. Wajahnya dipenuhi keriput dan garis-garis kelelahan, namun mata sayunya menyiratkan keteguhan hati. Dia adalah Pak Amran, tukang sampah yang sudah puluhan tahun setia mengabdikan diri pada kebersihan kota.
KEMBALI KE ARTIKEL