Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Lorong Waktu Kota Tua

13 Agustus 2024   20:06 Diperbarui: 13 Agustus 2024   20:12 35 4

Langit Jakarta sore itu dipenuhi semburat jingga yang beradu indah dengan bangunan-bangunan tua di Kota Tua. Suara riuh rendah turis dan warga lokal menyatu dengan derit kayu jendela bangunan bersejarah yang tertiup angin. Andre, seorang fotografer muda, berdiri di tengah-tengah hiruk-pikuk tersebut dengan kameranya yang tergantung di leher. Hari itu dia berniat menangkap momen-momen bersejarah untuk proyek fotonya tentang Jakarta tempo dulu.

"Tempat ini selalu penuh kejutan," gumam Andre sembari menyiapkan kamera. Dia mengarahkan lensa ke arah sebuah bangunan tua yang berdiri megah di hadapannya. 

Setelah beberapa kali jepretan, matanya tertarik pada sebuah lorong kecil di antara dua bangunan yang terlihat tersembunyi. Tidak ada yang tampak memperhatikan lorong itu, seolah-olah lorong itu tidak pernah ada. Rasa penasaran memanggilnya, dan tanpa berpikir panjang, Andre melangkah masuk ke dalam lorong tersebut.

Langkahnya menggema pelan saat ia menelusuri lorong sempit yang semakin gelap. Tiba-tiba, cahaya terang menyilaukan matanya. Ketika Andre membuka mata, dia terkejut mendapati dirinya berada di tempat yang sama---Kota Tua Jakarta---tetapi dengan suasana yang sangat berbeda.

Bangunan-bangunan tua yang tadi tampak usang kini berdiri megah dengan cat baru. Jalan-jalan yang tadi dipenuhi turis dan pedagang kaki lima, sekarang dipenuhi pria-pria berjas hitam dan wanita-wanita berkorset serta gaun panjang. Kuda-kuda yang menarik kereta melintas dengan tenang di atas jalan berbatu.

"Apa ini?" Andre bergumam kaget. Ia segera menyadari bahwa kamera di tangannya pun berubah menjadi kamera kuno dengan pelat kaca. Ia mencoba meraih smartphone di saku, namun sia-sia---benda itu telah lenyap.

Seorang pria berseragam kolonial yang berjalan di dekatnya menatap Andre dengan alis mengernyit. "Tuan, Anda terlihat kebingungan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya pria itu dalam bahasa Belanda dengan aksen kental.

Andre, yang untungnya pernah belajar sedikit bahasa Belanda, segera menjawab, "Tidak, terima kasih. Saya hanya... tersesat."

Pria itu menatap Andre dengan curiga sebelum berlalu pergi. Andre merasa dadanya sesak. Dia harus menemukan jalan keluar dari tempat ini. Dia bergegas kembali ke lorong tempat ia pertama kali masuk, namun lorong itu tidak ada lagi. Rasa takut mulai menguasai dirinya.

Andre terus mencari jalan keluar, namun lorong yang dia cari seakan-akan bermain petak umpet dengannya. Setiap sudut yang dia jelajahi, setiap gang yang dia masuki, hanya membuatnya semakin jauh dari harapannya untuk kembali ke zaman asalnya. Penduduk lokal mulai memperhatikan keberadaannya. 

"Tuan, apakah Anda benar-benar baru di sini?" tanya seorang wanita tua pada suatu hari saat Andre mencoba membeli makanan di pasar.

Andre hanya mengangguk, merasa bahwa dia semakin tak diinginkan di tempat ini. Orang-orang mulai memandangnya dengan tatapan tajam dan penuh curiga, seakan-akan dia adalah musuh yang menyusup di antara mereka.

Suatu malam, saat Andre berjalan melewati sebuah bangunan tua yang megah, dia melihat sebuah bayangan berkelebat di balik jendela. Tertarik, dia masuk ke dalam bangunan itu. Di dalam, dinding-dindingnya penuh dengan lukisan-lukisan pemandangan Jakarta masa kolonial. Salah satu lukisan menarik perhatiannya---lukisan seorang pria yang sangat mirip dengannya.

"Apa-apaan ini?" bisiknya sambil mendekati lukisan itu. Di bawah lukisan tertulis nama seorang pria yang pernah berkuasa pada zaman kolonial. Nama itu terdengar sangat familiar, seperti pernah dia baca di buku sejarah, tapi yang lebih mengejutkan adalah kesamaan wajah antara pria di lukisan dan dirinya.

Tiba-tiba ingatan lama yang terkubur dalam benaknya mulai bermunculan. Fragmen-fragmen dari kehidupan sebelumnya berputar di kepalanya seperti film yang diputar cepat. Andre menyadari satu hal: dia adalah reinkarnasi dari pria tersebut---seorang pemimpin yang terkenal di masa lalu yang telah membuat keputusan-keputusan buruk yang merugikan banyak orang.

Lorong waktu itu bukanlah kebetulan. Ini adalah jebakan, sebuah hukuman bagi jiwa yang harus memperbaiki kesalahan masa lalunya. Di kehidupan sebelumnya, dia telah menyia-nyiakan kekuasaannya, dan kini dia diberikan kesempatan untuk menebusnya. Jika gagal, dia akan terperangkap di masa ini selamanya.

"Anda tidak bisa lari dari takdir," suara berat yang tak dikenal tiba-tiba terdengar dari balik ruangan. Sesosok pria berjas hitam keluar dari bayangan, wajahnya mirip dengan pria yang pernah dia lihat dalam lukisan.

Andre terdiam, menyadari siapa pria itu. "Apa yang harus aku lakukan?"

Pria itu tersenyum tipis, "Perbaiki kesalahanmu, atau selamanya terjebak di sini."

Dengan ketakutan yang menghantuinya, Andre mulai menjalani kehidupan di masa lalu, berusaha memperbaiki setiap kesalahan yang pernah dilakukan oleh pendahulunya. Namun, semakin dia mencoba, semakin besar rasa bersalah yang dia rasakan, dan semakin kuat perasaan bahwa dia tidak akan pernah bisa keluar dari lingkaran setan ini.

Pada suatu malam, setelah berbulan-bulan terjebak dalam siklus yang sama, Andre mendapati dirinya kembali di depan lorong kecil yang dulu dia masuki. Kali ini, lorong itu kembali muncul, seakan-akan memanggilnya untuk masuk.

Dia ragu sejenak, tetapi akhirnya memutuskan untuk melangkah masuk. Ketika dia keluar dari lorong itu, dia kembali berada di Kota Tua Jakarta yang modern. Namun, ada yang berbeda---sekarang dia tahu bahwa setiap keputusan yang dia ambil akan selalu ada konsekuensinya, baik di masa lalu maupun di masa depan.

Dengan napas lega, Andre melangkah menjauh dari lorong itu, kamera di tangan, dan pandangan penuh kesadaran bahwa apa pun yang terjadi, dia akan selalu terhubung dengan masa lalunya. Tapi kali ini, dia berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. 

Ternyata, kehadirannya di masa lalu bukan hanya untuk memperbaiki kesalahan, tetapi juga untuk memahami bahwa terkadang, cara terbaik untuk memperbaiki masa lalu adalah dengan hidup lebih baik di masa sekarang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun