Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Berharap, Bertahan, Berdoa

5 Agustus 2024   11:39 Diperbarui: 5 Agustus 2024   11:47 90 7
"Kalau ditolak lagi, aku mau jadi tukang ojek online aja. Daripada begini terus, makan hati," keluh Andri pada istrinya, Nita, di ruang tamu apartemen sederhana mereka. Nita menghela napas panjang, wajahnya yang biasanya cerah kini diselimuti mendung. Ia tahu betul bagaimana rasanya menjadi sarjana yang terombang-ambing di lautan pengangguran. Usia Andri yang sudah kepala tiga menjadi tembok tebal yang menghalangi jalan menuju karier impiannya. "Sabar, Mas. Rezeki tak akan lari ke mana. Mungkin belum saatnya saja," Nita mencoba menenangkan, meski hatinya sendiri dipenuhi keraguan. Andri tersenyum kecut. "Sabar? Sampai kapan? Usiaku bukan anggur yang makin tua makin berharga. Ini Jakarta, Nita. Kota yang memuja kaum muda. Aku ini seperti fosil di museum, hanya bisa dipandang tapi tak bisa diajak berdansa." Nita terdiam, tak tahu harus berkata apa lagi. Ia hanya bisa berharap keajaiban datang mengetuk pintu mereka.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun