Rombongan peziarah Turki berhenti di depan saya. Sekitar lima belas orang dengan pakaian seragam. Para lelaki memakai celana panjang dan baju kokoh krem. Di atas kantong dada kanan terjahit bendera kebangsaan mereka: bulan sabit dan bintang putih dengan warna dasar merah. Saya taksir usia mereka tidak ada yang lebih dari tiga puluh. Kecuali pria berjanggut putih, betongkat dan sering batuk. Para wanita tampak anggung dengan gamis krem yang kelihatan benar ukuran yang dipakai hasil dari jahitan yang dipesan sesuai ukuran badan. Beberapa wanita membeli bungkus-bungkus plastik putih berisi gabah dari wanita tua imigran Afrika yang memang mangkal di tempat ini. Setelah membagi bungkusan plastik gabah dengan para lelaki, mereka menebar gabah itu ke lapangan yang sudah menunggu ratusan burung merpati. Sejurus kemudian, telinga saya dengan jelas mendengar kepak sayap-sayap merpati berebut makanan sorenya.