Satu tendangan keras di kaki memaksa lututku mencium tanah, sementara sisa tenaga kumanfaatkan agar tubuh ini tidak sampai terkapar di depan mereka. Dengus-dengus napas bajingan penjajah seolah meniup-niup telinga. Mengelilingiku serupa srigala lapar yang menunggu aba-aba untuk menyantap rusa yang terluka. Mereka geram setelah aku tebarkan seringai ke segala penjuru. Pemimpin mereka kulihat mendekat ke arahku dengan gigi bergemeletak, melangkahi tubuh Munjir yang terkapar dengan bambu runcing masih tergenggam erat. Berdua kami tertangkap setelah kelompok kami berhasil mencuri beberapa amunisi penting dari gudang persenjataan mereka. Aku meludah tepat di wajahnya ketika dengan suara lantang dia berteriak: "Dimana persembunyian pemimpinmu, Anak Muda?" *** Jakarta 28 Oktober 2011 simak juga FF100k lainnya dengan tema Pemuda:
Serial Pemuda gambar dari
sini
KEMBALI KE ARTIKEL