Dalam pidato politiknya, Puti Guntur Soekarno kembali menggaris-bawahi arti kemerdekaan sebagaimana pernah disampaikan oleh Bung Karno, yakni untuk mampu berdaulat secara politik, berdikari dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Dalam menghadapi sejarah sebagai bagian dari zaman yang bergerak, Puti menyemangati agar segenap bangsa Indonesia tetap mampu untuk terus bangkit, mampu menjalani tempaan, untuk kemudian bangkit, ditempa dan terus bangkit lagi sehingga kita menjadi bangsa yang kuat. Sejarah adalah bagian dari zaman yang bergerak. “Jika selama 70 tahun ini masih ada yang dirasa kurang, jangan mudah mengeluh karena itu adalah tugas sejarah masa depan kita semua,” seru Puti dengan mantab. Sehingga, degan demikian, Indonesia akan terus ada, tidak hanya dalam hitungan sewindu, bukan pula dalam hitungan 70 atau 100 tahun, namun terus ada untuk selama-lamanya.
Lebih lanjut, Puti mengajak semua yang hadir untuk mulai dan terus terlibat dalam pembangunan sejarah sebagaimana para pemuda dan para pendahulu lakukan untuk negeri ini sesuai dengan peran dan kemampuan masing-masing. “Ibu-ibu, bangkitkan rasa nasionalisme, patriotisme dan cinta tanah air anak-anak kita lewat dongeng-dongeng dan hikayat bangsa kita,” kata Puti pada ibu-ibu yang hadir.
Acara yang berlangsung khidmad ini ditutup dengan pemotongan tujuh tumpeng yang melambangkan ungkapan syukur 70 tahun Indonesia merdeka dan nonton bersama pemutaran film Soekarno yang berjudul 'Ketika Bung di Ende'.