"Loh kok menyukai Israel dan menyukai Palestina? Nggak jelas kamu ini," seorang teman mempertanyakan perkataan saya yang barusan juga saya tulis di atas tadi.
"Haruskah hanya menyukai salah satunya baru kemudian bisa dikatakan jelas?" aku balik bertanya.
Menurutnya sikap politik harus jelas, tapi bagi saya justru pernyataanya tambah tidak jelas, lha wong yang saya sampaikan itu sikap kemanusiaan saya.  Begitu juga dengan yang saya sukai, yang  tak lain adalah manusia-manusianya, baik sebagai invidivu maupun bangsa.  Dan harapannya, spirit perdamaian yang disuarakan Swedia tadi  cukup bertenaga untuk mulai menggeser 'cepirit' konflik, membuka gerbang baru untuk mulai kembali bersinarnya harapan. Pengharapan baru untuk lebih saling memanusiakan satu sama lain.
Akankah langkah bijak yang diambil Swedia ini diikuti oleh negara-negara lain di Eropa sana? Â Akankah ini mendulang simpati dan dukungan dari sesama manusia yang mendiami bumi ini?
Semoga saja, dan saya percaya itu juga yang sama-sama kita nantikan. Jangan sampai benih konflik terus tumbuh dan berbuah permusuhan serta perang di sana-sini. Jangan sampai kedamaian terenggut oleh gesekan antar umat manusia sendiri. Jika itu terus dibiarkan terjadi, apalagi justru terus dikipas-kipasi, saya khawatir jika tiba-tiba alien tiba-tiba datang ramai-ramai untuk berkoloni dan mengokupasi bumi. Wah, amit-amit jabang bayi.