(Gak da lagi privasimu, karena kamu sudah transparan di hadapanku. Bukankah izinku selalu hadir padamu di saat engkau ingin privasimu hadir).
Gak lah , itu kan kenangan darimu, baik aku kan meninggalkan ia. Kan sudah kukatakan, sekarang rasa parno itu tertuju padamu sayang...Kalimat itu meluncur saja dari mulutku nih, Bek...Karena aku sangat mencintaimu. Belasan tahun aku sudah kehilangan rasa cemburu dan rasa lainnya, Bek. Apakah kamu belum tahu, bahwa sesungguhnya aku ini pencemburu habis karena cenderung paranoid.
Aku ni, tanpa alasan pun selalu mau ketemu denganmu. Aku selalu berhasil menghindari Boby. Kan sudah kubilang, orang lain bek...Penyatuan visi itu perlu waktu. Terlepas sudah kau pagut diriku, dan itu aku kejar.
Begitukah sanksimu, kalau tiada kusapa, maka kamu tiada ingin menyapaku? Duuhh!
BIK LIMBUNG, LAYAR TONIL MENUTUP...