Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Miskin Tidak Membuatnya Takut Untuk Kuliah di Fakultas Kedokteran UGM

2 Agustus 2011   06:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:10 1788 0
Saya selalu percaya "ORANG MISKIN BISA KULIAH DI UGM"

Saya bukan Presiden atau Menteri Pendidikan, tapi saya ingin bangsa ini maju. Saya malu ketika saudara-saudara kita yang bekerja jauh di negeri orang dihina dan direndahkan, mereka bekerja jauh dari keluarga untuk mempertahankan hidup keluarganya. Namun kenyataannya, mereka direndahkan bahkan negara saya sendiri tidak mampu melindungi mereka. Pada akhirnya seluruh bangsa diluar sana meremehkan bangsa ini.

Salah satu jalan untuk memperbaiki nasib bangsa adalah melalui pendidikan, masyarakat harus memperoleh pendidikan terbaik. Namun kenyataannya, pendidikan baik mempunyai harga yang baik. Semua tingkat pendidikan dari TK, SD, SMP, SMA, dan Universitas Negeri dan Swasta mahal. Kemiskinan menjadi batasan untuk melanjutkan pendidikan. Orang tua di mana-mana menjerit karena biaya pendidikan semakin mahal.

Saya bersyukur dan bangga pernah merasakan kuliah di kampus tertua di Indonesia, saya tidak bermaksud sombong ataupun congkak. Saya bertemu dengan orang-orang hebat di sana. Hanya satu keinginan saya, saya ingin orang lain merasakan apa yang saya rasakan. Merasakan bagaimana kuliah di kampus terbaik di negeri ini. Saya tidak bermaksud melakukan ajang promosi, tanpa tulisan sayapun, UGM diburu ratusan ribu calon mahasiswa.

Saya ingin orang lain merasakan kuliah di kampus ini, tidak terkecuali orang miskin. Tidak hanya di UGM, tapi juga di kampus besar seperti UI dan ITB. Kemarin saya menulis mengenai biaya masuk SNMPTN 2011 di pendidikan dokter UGM sebesar 17, 5 juta. Berbagai tanggapan pro dan kontra diutarakan oleh berbagai pihak. Saya sedih ketika ada beberapa tanggapan yang terkesan pasrah dan tidak mau berusaha untuk menggapai impiannya dengan alasan miskin dan biaya. Kemiskinan memang menjadi momok menakutkan di negeri ini. Bahkan masyarakat miskin takut meski hanya bermimpi.

Saya rasa dengan kerja keras dan do'a, semua hambatan akan menjadi mudah. Saya percaya Tuhan masih ada. Tuhan tidak akan pernah menciptakan hujan uang ataupun makanan, tapi hujan air. Semuanya membutuhkan proses, usaha dan doa. Menanggapi komentar di artikel saya sebelumnya, saya mendapat link dari seseorang. Menceritakan tentang kisah dokter alumni Fakultas Kedokteran UGM yang orang tuanya menjadi tukang becak dan penjual rongsok di pasar Terban.

Agung Bhaktiar, kelahiran 30 Juni 1987 merupakan alumni SMAN 6 Yogyakarta. Ayahnya, Suyatno (63 tahun) seorang tukang becak, sedang Ibunya, Saniyem (59 tahun) penjual rongsokan. Pada awalnya dia mengikuti UM UGM tahun 2005, memilih Fakultas Farmasi dan Fakultas Pertanian. Namun akhirnya dia gagal. Langkahnya tidak surut, dia tetap berjuang dan ikut SPMB memilih Pendidikan dokter dan Jurusan HPT Fakultas Pertanian UGM. Sebelumnya Agung sudah diterima di D3 Komputer dan Sistem Informasi (Komsi) UGM, tapi tidak diambilnya. Hingga akhirnya, dia diterima di pendidikan dokter UGM.

Agung menuturkan, meski kondisi ekonomi keluarganya pas-pasan, selalu ada rejeki hingga akhirnya dia menyelesaikan pendidikan dokternya dan belum lama ini Dia dilantik. Selalu ada jalan untuk seseorang yang benar-benar ingin maju. Meski hanya satu atau dua orang yang seberutung Agung, saya yakin orang miskin lain bisa menjadi salah satu dari satu dua itu.

Tidak ada yang mampu menandingi kerja keras dan doa, dengan ridho orang tua saya yakin segala hal sesulit apapun bisa teratasi. Untuk Indonesia yang lebih baik.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai artikel terkait bisa dilihat :

Miskin Bukan Penghalang untuk Meraih Sukses

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun