Saya coba menjelaskan apa yang saya sampaikan di atas dengan memberi contoh umum. Ketika seseorang menyampaikan bahwa setelah seseorang meninggal, orang itu akan masuk ke alam kubur untuk menunggu hari pengadilan yang akan menentukan apakah dia akan masuk surga atau masuk neraka. Kita tahu bahwa orang yang menyampaikan informasi itu tidak pernah mengalami yang namanya alam kubur dan tak seorangpun yang masih hidup yang masih bisa menyampaikan informasi kepada orang lain pernah mengalaminya dan kita tidak bisa memvalidasi informasi itu maka informasi itu adalah informasi kepercayaan. Sebaliknya apabila seseorang menyampaikan bahwa hari ini Pak SBY akan bertemu dengan Pak JKW di Bali, kita bisa melakukan validasi terhadap informasi itu maka informasi itu adalah informasi pengetahuan.
Seluruh informasi yang dijadikan bukti di sidang MK yang lalu adalah informasi tentang pengetahuan dan para hakin MK melakukan validasi terhadap informasi itu untuk memeriksa kebenarannya dan menjadikannya sebagai bahan untuk mengambil keputusan. Di dalam kehidupan saat ini pengambilan keputusan harus didasarkan pada data dan fakta yang dihasilkan dari berbagai usaha untuk mengali pengetahuan. Ketika seorang saksi di sidang MK menyampaikan opini dan analisa dia. Saksi tersebut ditegur hakim karena hakim hanya memerlukan data dan fakta untuk mengambil keputusan. Sangat aneh dan aneh sekali abila ahli yang diminta untuk menyampaikan pendapatnya, menyampaikan pendapat berdasarkan kepercayaan atau analisa Metafisika.
Jadi apa perlunya di jaman ini orang mendalami metafisika sementara kehidupan hanya memerlukan pengetahuan yang berada di wilayah fisika saja.