Yang mencurigai Fauzi Bowo adalah Faisal Basri, sebetulnya lucu juga karena kedua-duanya berinisial FB, bisa dibilang FB mencurigai FB. Sebagai informasi kutipan-kutipan berikut diambil dari website http://iquotee.com/
Kecurigaan pertama pada masalah DPT/DPS fiktif. Berikut kutipan Faisal Basri.
Patut diduga calon nomor satu yang memasok data-data itu, sebagai gubernur memanfaatkan jaringan birokrasi, Â catat-mencatat dari walikota sampai lurah bekerja atas keinginan dia, ini harus diklarifikasi, jumlahnya ratusan ribu. Ini karena basis data kependudukan yang bobrok, patut diduga gubernur secara sengaja membiarkan kisruhnya dalam pilkada, karena tidak ada upaya yang cukup untuk membereskan masalah ini. Dia cuek, diam seribu bahasa, kita curiga
Tidak ada pasangan yang tidak menemukan masalah. Oleh sebab itu, sangat janggal bila pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi tidak memiliki concern yang sama terhadap penetapan DPT ini seperti pasangan-pasangan lainnya. Fauzi Bowo sebagai  pasangan cagub dari Partai Demokrat harus menginformasikan kepada publik apa yang sesungguhnya terjadi dengan data kependudukan yang menjadi dasar penetapan DPT 2012. Namun hingga kini, publik belum pernah menerima penjelasan yang detail perihal data tersebut dari Fauzi Bowo yang memiliki kapasitas sebagai Gubernur
Kecurigaan ini cukup beralasan karena 5 dari 6 pasangan menaruh perhatian besar untuk permasalahan DPT yang diklaim bahkan hingga ratusan ribu. Selain itu Fauzi Bowo dengan kapasitasnya sebagai gubernur, dapat memiliki akses kepada data-data tersebut, termasuk untuk memanipulasinya. Apapun itu manipulasi maupun karena kesalahan maka sebenarnya Fauzi Bowo terjepit keadaaanya. Kalau ada manipulasi siapa yang punya akses dan kalau ada kesalahan dikependudukan, pemerintahan siapa yang salah? Maka dari itu dalam beberapa kesempatan Fauzi Bowo menyerahkan segala masalah ke KPUD.
Apa bila KPUD dengan DPTnya disentil oleh Faisal Basri, tidak lupa dengan Panwaslu (Badan pengawas pemilu). Disini ditambahkan adanya  kecurigaan kongkalingkong antara incumben dan Panwaslu, berikut kutipan Faisal Basri.
Saya masih kesal sama Panwaslu. Panwaslu itu zalim. Di Jakarta Pusat, dukungan untuk kami ada 56 ribu, tetapi jadinya 4.000. Panwaslu tahu itu, tetapi diam saja. Dukungan untuk kami tinggi di Jakarta Timur, malah dicurigai. Faisal nyogoklah dan semacamnya. Tetapi saat dukungan untuk kami berkurang banyak, Panwaslu diam saja. Itu yang kami rasakan. Di Jakarta Pusat, suara kami tidak sampai 10 persen. Kalau dukungan untuk kami besar, dicurigai. Sementara kalau incumbent ada main, tidak dicurigai