Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Selapan, antara Budaya dan Pagan

13 Agustus 2011   03:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:50 2470 0
[caption id="" align="alignleft" width="400" caption="Selapan Putra kami, Hicca"][/caption]Kemarin ini Hicca tepat berusia 35 hari. Berhubung eyang-eyangnya orang jawa, maka diadakan selapanan.. Sebenarnya kalau dari kami orang tuanya cuma pengen nggundulin rambut si Hicca mengingat melihat kerak-keraknya sudah minta ampun mengerikannya  , baru tahu kalo kepala bayi baru lahir kotor banget. Jadilah kami mengadakan acara potong rambut untuk Hicca. Dengan dibantu Bapak, kami mulai memotong rambut Hicca pada jam 3 sore. Nunggu Hicca bobok. Bermodal pisau cukur yang biasa saya pakai untuk cukur kumis, mulailah kami melakukan ritual itu. Awalnya sempat memakai foam cukur dewasa =)) tapi ternyata ga membantu, plus pisau cukurnya masangnya kebalik. wkwkkw.. Setelah 2 jam berjuang sambil sesekali berjalan-jalan menidurkan Hicca, sukses sudah upacara cukur gundul Hicca.

Nah, ternyata ada beberapa hal yang berhubungan dengan tradisi selapan Hicca. Selain memasak banca'an dan memberikannya kepada pegawai kami, saudara dekat, ternyata ada hal-hal yang menurut saya tidak logis dan kurang sreg. Yang pertama adalah tradisi mbanca'i tempat ari-ari Hicca. Ternyata ada ritual memberi tumpeng kecil di tempat mengubur ari-ari Hicca. Kalau kata orang tua, " untuk yang momong " . Lha yang momong kan saya  . Plus, rambut hasil cukuran Hicca + air hasil keramasan Hicca disiramkan ke sana. " Biar Adem " . Dan yang lebih aneh lagi adalah memberikan bunga di bawah tempat tidur Hicca (ini baru saya ketahui setelah Bapak + Mamah pulang). Lha kok anak ku disajeni...  . Tapi ya berhubung menghormati orang tua, plus selama saya tidak melakukan hal-hal yang berhala saya diamkan saja.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun