Dalam konteks sosial, integrasi mendorong kerja sama, toleransi, dan keharmonisan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Di sisi lain, disintegrasi sosial dapat mengakibatkan konflik, ke tidak stabilkan , dan perpecahan antar kelompok, seperti konflik etnis atau sosial.
Masing-masing dari kedua faktor tersebut ternyata berkorelasi dengan sejumlah variabel lainnya. Namun menariknya, kedua hal tersebut tidak ada kaitannya dengan banyak aspek disintegrasi sosial yang tampaknya paling mengkhawatirkan di negara-negara industri Barat. Singkatnya, setiap negara tampaknya menghadapi jenis disintegrasi sosial yang berbeda-beda. Temuan lain: dalam kumpulan data kami yang sebagian besar bersifat cross-sectional, negara-negara dengan tingkat pertumbuhan yang lebih rendah menunjukkan lebih banyak disintegrasi sosial pada hampir semua indikator. Makalah ini menekankan pelajaran (provokatif namun tidak meyakinkan) dan keterbatasan (konseptual dan statistik) dari analisis data.
Oleh karena itu, integrasi dalam nilai Pancasila dapat dicapai melalui upaya mengatasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan disintegrasi. Pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda, pengembangan kebijakan yang memastikan keadilan sosial dan ekonomi, serta kerja sama antar kelompok-kelompok dalam masyarakat dapat membantu memperkuat integrasi dalam nilai-nilai Pancasila.
Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi, integrasi dan disintegrasi dalam nilai-nilai Pancasila menjadi semakin kompleks. Kemajuan teknologi dan akses mudah terhadap informasi telah mengubah cara individu berinteraksi dan membentuk identitas mereka. Di satu sisi, teknologi dapat menjadi alat yang memperkuat integrasi melalui konektivitas global dan kesadaran akan persamaan nilai-nilai universal. Namun, di sisi lain, teknologi juga dapat meningkatkan kesenjangan budaya dan pemisahan, karena orang-orang semakin mudah mengasingkan diri dalam "gelembung informasi" yang hanya memperkuat pandangan mereka sendiri.
Proses globalisasi yang terjadi dewasa ini juga mengandung muatan pluralisasi atau pemajemukan. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya individualisme bangsa atau kelompok baik atas dasar etnis atau pun agama. Pada skala global gejala ini ditunjukkan oleh berdirinya negara-negara baru, atau pemisahan diri negara-negara tertentu dari sebuah ikatan federasi. Dalam kontek kita bangsa Indonesia, kecenderungan pluralisasi atau pemajemukan ini membawa tantangan tambahan terhadap kemajemukan bangsa. Sehingga tantangan yang kita hadapi di masa depan bersifat ganda, yaitu: adanya realitas kemajemukan dan kemungkinan pemajemukan.
Dengan terbentuknya negara kekuatan-kekuatan masyarakat tadi tidaklah hilang, bahkan tetap memiliki eksistensi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam hal ini, kekuatan-keuatan masyarakat tersebut merupakan potensi nasional yang penting dalam melangsungkan reformasi disegala bidang sebagai realisasi cita-cita proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia.
Bahkan reformasi dewasa ini meniscayakan adanya partisipasi masyarakat yang besar. Tanpa partisipasi masyarakat, proses reformasi yang sehat akan sukar terjadi. Disinilah letak arti penting dari kekuatan masyarakat.
Lebih dari itu, aktualisasi kekuatan masyarakat juga menentukan kualitas pelaksanaan demokrasi Pancasila yang dianut. Dengan kata lain, kekuatan masyarakat akan mendorong proses demokrasi dan demokratisasi berdasarkan Pancasila. Demokrasi Pancasila tetap memberi tempat bagi aktualisasi dan artikulasi dari kekuatan-kekuatan masyarakat,