Fenomena "
gelar S1 sudah inflasi" sering digunakan untuk menggambarkan situasi di mana gelar sarjana (S1) tidak lagi memiliki daya saing atau keistimewaan seperti dahulu. Misalnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka dari lulusan perguruan tinggi meningkat dari tahun ke tahun, menandakan bahwa gelar S1 tidak selalu menjadi jaminan mendapatkan pekerjaan. Hal ini terjadi karena semakin banyak lulusan S1 di pasar tenaga kerja, sehingga gelar tersebut kehilangan eksklusivitasnya dalam meningkatkan peluang kerja atau status sosial. Analogi dengan inflasi uang menjadi relevan; seperti pada era 1920-an di Jerman saat hiperinflasi menyebabkan nilai uang anjlok drastis karena peredaran yang berlebihan, Misalnya, harga roti yang awalnya senilai 250 mark pada Januari 1923 menjadi 200 juta mark pada November 1923. Uang Jerman pada saat itu, Papiermark, menjadi hampir tak berharga, begitu pula gelar S1 yang kini kehilangan daya eksklusivitas akibat jumlah lulusan yang terus bertambah tanpa diimbangi dengan keunikan kompetensi juga akan kehilangan nialinya. Fenomena ini mengundang refleksi mendalam tentang esensi pendidikan sarjana, tantangan yang dihadapi, dan solusi untuk menjaga relevansi gelar S1.
Keunggulan Pendidikan Sarjana: Lebih dari Sekadar Gelar
KEMBALI KE ARTIKEL