Orang yang senantiasa memperbaiki diri akan melihat bahwa setiap kritik (bahkan semua hal) menjadi sarana baginya untuk memperbaiki diri. Bahkan, ia berterima kasih atas kritik yang ia terima. Orang yang senantiasa memperbaiki diri tidak melihat bahwa 'proses' mengahadapi suatu kritik itu seperti proses tawar-menawar (negosiasi) harga, matabat, atau prestise diri yang seakan-akan tergadai dengan pendapat, karya, atau perbuatannya yang tertolak. kritik bukanlah senjata yang diarahkan untuk melumpuhkan kita, tapi kritik tak lebih seperti lampu peringatan bahwa ada hal yang harus kita benahi.