Dari Anas radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam biasa berwudhu dengan memakai satu mud dan mandi dengan satu sho' sampai 5 mud." (H.R. Bukhori dan Muslim)
Rasulullah telah menunjukkan bahwa berwudhu cukup menggunakan air satu mud, setara dengan jumlah air yang diambil penuh menggunakan kedua telapak tangan (Andre Mubarok, 2013). Hemat sekali. Sayangnya, tata cara berwudhu yang demikian terabaikan oleh umat Islam di Indonesia.
Meskipun sumber daya air di Indonesia cukup berlimpah, kita tetap harus menjaga kelestariannya supaya bisa dimanfaatkan terus-menerus oleh generasi berikutnya. Tidak elok berboros-boros menggunakan air seakan itu adalah milik kita sepenuhnya. Selain itu, bertingkah boros saat berwudhu juga bertentangan dengan tata cara berwudhu yang diajarkan oleh Nabi Muhammad.
Muhammad Subarkah, pengamat haji, tahun lalu menulis di Republika bahwa kebiasaan jemaah haji Indonesia yang berlebihan menggunakan air seringkali memicu ketegangan dengan penjaga pondok. Para penjaga pondok kerap kesal dengan jemaah haji Indonesia yang tidak mau hemat air. Bahkan, mereka memberikan julukan khusus bagi jemaah Indonesia sebagai “haji ikan.” Selain mengomel, mereka tidak jarang mematikan aliran air di pondok. Maklum, di Mekkah dan Madinah sana, tidak ada suplai air melalui pipa. Cerita itu menggambarkan betapa minimnya pemahaman masyarakat Indonesia untuk mengahargai air.
Setelah mengetahui fakta di atas, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penggunaan air secara berlebihan, khususnya di masjid atau mushalla yang menjadi tempat ibadah dan konsentrasi massa. Bagi pengelola, inilah hal yang harus diperhatikan:
1. Keran
Pastikan tidak ada kebocoran pada tiap keran yang terpasang. Keran merupakan alat dengan intensitas kerja mekanik yang tinggi, amat rawan terjadi kelelahan material atau keausan yang akhirnya menimbulkan kebocoran. Pilihlah keran yang berkualitas. Walau harganya lebih mahal tetapi lebih tahan lama. Jika memasang keran yang murah, harus siap untuk menggantinya sewaktu-waktu jika sudah bocor, jangan dibiarkan.
Utamakan menggunakan keran (dengan sensor) otomatis. Surya Mahendra, insinyur lulusan ITS memaparkan, penggunaan keran otomatis dapat menurunkan pemakaian air dari 4 liter menjadi 2,5 liter. Bahkan, sebagaimana dilansir Republika (2/2/2010), alat wudhu otomatis buatan AACE Technologies asal Malaysia hanya menggunakan 1,3 liter air saja.
Selain itu, sebaiknya gunakan keran tipe ball valve yang hanya bisa berputar 90° (terbuka dan tertutup). Hindari keran ball valve yang dapat diputar 180° dengan posisi penutupan di tengah (buka-tutup-buka) karena rawan menimbulkan penutupan tidak sempurna sehingga masih ada tetesan air saat tidak dipakai. Hindari juga keran tipe gate valve (keran yang harus diputar lebih dari 90° agar bisa terbuka penuh) karena lebih sulit mengecilkan air saat jeda wudhu (ketika tidak perlu mengalirkan air ke bagian tubuh).
2. Imbauan
Pasang imbauan untuk menghemat penggunaan air di tempat wudhu. Imbauan dapat berisi peringatan sederhana untuk menutup keran air setelah berwudhu dan/atau mengecilkan bukaan keran, bisa juga dituliskan fakta dan data tentang penggunaan air beserta tips menghematnya.
3. Rekayasa
Lakukan rekayasa fasilitas wudhu untuk meminimalkan penggunaan air, misalnya mengganti keran dengan debit yang lebih kecil. Masjid As-Sa’adah di Jln. Arief Rahman Hakim, Surabaya melakukan rekayasa lainnya. Di masjid itu, dibuat penampungan air antara keran dan saluran pembuangan. Tujuannya supaya air yang terpakai untuk membasuh bagian tubuh dapat digunakan kembali untuk membasuh bagian tubuh lainnya.
4. Kelola air
Tidak dapat dipungkiri bahwa kebutuhan air untuk berwudhu cukup banyak. Maka, carilah sumber air lain yang lebih ramah lingkungan, seperti membangun penampungan air hujan. Air bekas wudhu juga dapat diolah kembali untuk menyiram tanaman atau disalurkan ke dalam tanah untuk menambah persediaan air tanah. Masjid Manarul Ilmi di ITS dapat menjadi contoh pengelolaan air ini.
Jemaah atau umat Islam lainnya juga harus melakukan penghematan. Perilaku jemaah akan sangat menentukan seberapa hemat penggunaan air untuk wudhu, di samping sistem yang dibangun oleh pengelola masjid sebagaimana telah dijelaskan di atas. Berikut ini adalah beberapa hal yang mesti diingat:
1. Niat
Berniatlah untuk berwudhu sebagaimana Rasulullah berwudhu, sehingga terhindar dari perilaku boros. Pahami tata cara berwudhu yang benar dari sumber-sumber yang shahih, dan laksanakan. Temukan makna berwudhu yang baik supaya kegiatan berwudhu tidak diselingi dengan senda gurau dan menyia-nyiakan air.
2. Atur bukaan keran
Bila keran yang terpasang berdebit besar, tidak perlu dibuka penuh. Atur sedemikian rupa sehingga air keluar secukupnya. Jika sedang membasuh / membersihkan bagian tubuh yang tidak memerlukan aliran air langsung (seperti berkumur dan membersihkan hidung, mencuci muka, serta membasuh kepala dan telinga), tutup keran air setelah air ditampung di telapak tangan.
Dengan mengikuti tips-tips di atas, kita telah menyempurnakan kegiatan berwudhu sesuai dengan tuntunanannya. Selain itu, kelestarian air yang merupakan sumber daya vital bagi manusia, dapat dijaga. Jadilah rahmat bagi seluruh alam.