Kadang dalam kehidupan kita, sering menjumpai seorang anak sekolah pada saat malam hari menjelang waktu Isya' tak bergegas membaca buku pelajaran sekolah. Tiada kunjung menuju rumah untuk belajar. Ada apa gerangan?????
"Sering ada jawaban karena tak ada buku, sebab orangtua belum mampu membelikannya". Itu jawaban yang memang patut untuk mendapatkan toleransi. Namun jika pada kenyataannya terungkap sebuah kenyataan yang sangat sulit kita terima sebagai alasan yang tepat???
Ketika seorang anak pada kebingungan dengan belajarnya, yang membutuhkan buku. Saat mereka butuh sarana untuk menyiapkan masa depan agar hari depannya cerah. Agar mereka mampu menjadi generasi yang ampuh untuk negeri yang dicintai. Tapi pada kenyataanya apa yang dilakukan oleh si Bapak saat melihat anaknya dalam situasi terjepit. Membutuhkan dukungan sarana penunjang guna terwujudnya cita-cita.
Sang Bapak malah sibuk dengan deretan angka undian, berhadiah yang besar jumlahnya juga menggoda bathin untuk memiliki. Mereka kadang lupa ada sebuah tanggung jawab untuk menjaminkan kemajuan pada anak-anaknya. Mereka menggilai deretan angka yang mereka anggap mampu meningkatkan taraf hidup dalam waktu sekejap. Togel, undian judi nomor yang begitu kental menjadi budaya dan jalan pintas agar cepat kaya. Ternyata mampu membakar sebuah cita-cita luhur generasi muda. Sebuah pengaduan nasib yang tak pasti, membuang hasil keringat dari proses bekerja. Tak sadar investasi terbesar dalam hidup manusia adalah mendidik anak. Memintarkan seorang manusia.
Kenapa mereka, para Bapak itu tidak memilih untuk menabungkan uangnya?" Lalu setelah jumlahnya cukup untuk membelikan anaknya buku. Bukankah itu lebih pasti, lebih rasional, lebih dapat kita terima dengan akal pikiran yang waras???? Daripada harus menaruhkan hasil kerja belum tentu pasti ada hasil positif, mendingan sepenuhnya tersalurkan untuk sang anak dan pendidikannya. Pasti anak akan tambah pintar, bertambah ilmunya bahkan bisa lebih daripada itu. Mampu menjadi orang penting negeri ini. Dan pastinya akan lebih membanggakan bila semua itu dapat terwujud..............
Inilah kelemahan kita tapi kadang kita tak menyadarinya
Lalu di sudut lainnya seorang anak yang butuh pendamping dalam belajar, butuh teman berbagi bila ada kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah. Sering para orangtua juga lalai dalam hal sepele tapi sangat berperan penting dalam tumbuh kembang anak. Menuju kemajuan dalam perkembangan dirinya. Si Ibu malah asik menikmati sinetron yang jelas-jelas bukan hal itu yang harus didahulukan. Yang jelas-jelas hal semacam itu bukan cara tepat untuk mendukung anaknya. Sementara si Bapak malah sibuk di warung-warung kopi, tanpa mampu untuk sedikit menunda kegiatan tersebut untuk mengamati anaknya dalam belajar. Ibu malah antusias dengan cerita sinetron yang mengharu birukan perasaan. Dengan alur cerita, "ini anaknya itu, itu anaknya ini".
Saking asiknya dengan cerita yang konon bisa memotivasi orang untuk mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi. Kadang sampai tak sadar. Sampai lupa bahwa "anakmu itu butuh teman dalam belajar".
Butuh dukungan untuk menata masa depannya. Karena masa depan mereka bukan sesuatu yang datang secara tiba-tiba, melainkan proses yang terbentuk dari ketelatenan, kedisiplinan, juga kesabaran yang tak ada batasnya. Anak akan berkembang bila ada perhatian terhadap proses belajarnya.
Ini cuma sebagai bahan perenungan dan pemikiran kita semua. Kadang hal yang ironi semacam ini sering terjadi pada masyarakat kita. Tak perlu kita berkecil hati dengan kenyataan ini, asal kita berusaha keras untuk merubahnya. Kita bangsa yang punya potensi besar untuk maju dan berkembang. Sumber Daya Manusia yang melimpah jumlahnya, Sumber Daya Alam nyaris semua tersedia di sini.
Dan bagaimana pula jika TUHAN menghendaki negeri ini maju??
Dan bagaimana pula jika TUHAN mengijinkan dan memberi restu pada negeri ini??
Itu semua sangat mungkin terjadi............................
Inilah negeri kita yang "Gemah Ripah Loh Jinawi" ini.
Ini cuma buah dari pemikiran saya sendiri, selama saya hidup sampai sejauh ini. Pengamatan sederhana ini memang kadang terjadi dalam hidup sehari-hari. Mungkin ini bukan sebuah karya ilmiah seperti para pakar-pakar pendidikan mampu mengupas lebih dalam tentang polemik dan problematika yang melanda anak pelajar negeri ini. Tapi dengan tulisan ini semoga mampu memacu diri saya untuk terus belajar dan belajar.
Dan terakhir, saya sadar kemampuan saya dalam berpikir, mengupas suatu masalah, lalu mencoba menulis masih jauh dari kata "pantas" maka inilah saat yang tepat. Saya meminta pertimbangan guna masukan agar saya lebih giat dalam belajar lagi......................