Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Pertamina Memilih Tahan Harga agar Tak PHK Karyawannya

28 Mei 2020   19:56 Diperbarui: 28 Mei 2020   21:27 130 1
Dalam masa yang penuh tekanan ini jumlah karyawan yang di-PHK meningkat drastis. Sedih rasanya memikirkan nasib mereka. Tapi apa mau dikata? Pandemi Covid-19 telah memaksa banyak perusahaan tutup. Hanya sebagian kecil yang bisa terus bekerja.

Efek dari pembatasan sosial, perusahaan harus memecat karyawannya. Karena tidak ada pemasukan. Semakin lama mereka bertahan, semakin berdarah-darah keuangan mereka nantinya.

Beberapa perusahaan besar mengambil risiko untuk bertahan. Memaksimalkan pendapatan sebisa mungkin. Tapi ada lebih banyak yang tak mampu melakukannya sama sekali.

Kemnaker menyebutkan, pada 12 Mei 2020 ada 80 ribu perusahaan yang telah merumahkan karyawannya. Separuh dari jumlah itu telah resmi menyatakan PHK. Total jumlah karyawan terhitung sekitar 1,7 juta orang.

Dilema seperti itu juga dialami perusahaan negara. Berbicara soal Pertamina misalnya, mereka juga dihadapkan pada persoalan yang sama. Untungnya pom bensin tetap melayani konsumen. Usaha hilir mereka tetap beroperasi seperti biasa.

Tapi Pertamina juga punya usaha hulu yang harus terus berproduksi. Jika bisa memilih, Pertamina sangat mungkin untuk beli BBM dari luar saat harga minyak mentah turun.

Pada bulan Maret 2020 misalnya, minyak mentah harganya US$ 24 per barel, tapi harga bensin hanya US$ 22,5. Itu artinya, harga BBM hasil olahan kilang Pertamina akan lebih mahal. Opsinya tentu saja kilang harus ditutup dan beli BBM dari luar.

Tapi jika itu dilakukan, nasib ribuan karyawannya terpaksa di-PHK. Karena produksi BBM dalam negeri dihentikan. Soalnya ongkos produksinya lebih mahal.

Pertamina memilih jalan berbeda. Perusahaan ini rela dihujat di medsos oleh orang-orang yang tak mengerti jalur berpikir ini. Mereka mengedepankan kemanusiaan daripada hitung-hitungan di atas kertas.

Produksi dalam negeri tetap jalan. Pertimbangannya adalah ribuan mulut lapar yang bergantung pada perusahaan. Jika saja perusahaan menutup mata, orang-orang ini akan menambah daftar kisah sedih akibat Corona.

Ribuan karyawan Pertamina mesti dipikirkan nasibnya. Inilah yang menjadi salah satu alasan, kenapa Pertamina menjaga harga jual tetap sama, meski minyak mentah sempat turun harganya. Dan masih ada beberapa alasan kuat lainnya.

Maka sampai sekarang, karyawan Pertamina masih aman-aman saja. Karena usaha hulu perusahaan ini tetap jalan. Mereka merasa lega, sebab pimpinan perusahaan mengambil keputusan yang bijaksana.

Kondisi terkini harga minyak mentah dunia sudah naik lagi. Dan keputusan Pertamina untuk menyetabilkan harga di pasaran sudah tepat. Bayangkan seandainya Pertamina mengikuti suara sumbang di medsos, berapa ribu orang yang bakal kehilangan pekerjaannya?

Inilah pentingnya berpikir secara menyeluruh. Tidak boleh asal nurut pada mereka yang hanya bisa nyinyir saja. Karena nasib ribuan orang bergantung pada keputusan, yang mungkin hanya akan berkelebat di media online. Tapi sebenarnya berakibat fatal bagi banyak orang.

Bagi khalayak umum, keputusan seperti menaikkan atau menurunkan harga BBM adalah hal biasa. Mereka tidak dalam posisi telur di ujung tanduk. Tapi bayangkan betapa mirisnya jika hal itu dilakukan sesukanya. Karyawan Pertamina yang akan menjadi tumbalnya.

Corona telah merenggut banyak hal dari kita. Sedikit kewarasan dan sikap bijak kita, semoga saja tak ikut raib bersamanya. Karena tampaknya, ada beberapa oknum yang senang kalau banyak orang susah. Oleh sebab itu mereka terus saja membikin resah.


Bayu Geni

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun