Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Mengendap

15 Agustus 2013   08:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:17 52 0
Tentang engkau buruh perempuan lantang mengangkat dua belas gugatan, pertaruhkan kepala tiada kausesalkan.

Hingga tersiar kabar jasadmu ditemukan pada pusar hutan, setelah tiga hari lenyap pasca huru-hara menyepi dari tengah kota. Teriakmu di tengah malam buta tiada berguna, tertelan sunyi belantara. Pada peta tubuhmu tampak denah siksa dera; bersedih hati sesiapa melihatnya.

Beribu kami tumpah ruah, dari arteri kota hingga pelosok desa. Yang dekat dan yang tak mengenal, selendangkan nestapa habiskan waktu menderaskan doa; menyebut-nyebut nama. Jiwa kami pilu sepenuh duka.

Kini engkau terbaring berkalang sunyi, meratap lirih

"Damailah kau di sana! Kiranya tertakdir namamu untuk lekat terukir, dalam ingat dan tetes keringat. Bersama asa wanita, juga peluh buruh"

Atas nama kebenaran yang belum juga terungkapkan, biarkan Tuhan pertunjukkan keadilan

Bandung, 23 April 2012

Puisi ini tergabung dalam sebuah buku antologi puisi dari Goresan Pena Publishing. Puisi yang terinspirasi oleh Marsinah, buruh sekaligus aktivis perempuan.

Related links:

http://akar-akal.blogspot.com/2013/08/telah-terbit-buku-dari-event-rol-phi.html

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun