Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Perang Pendukung Gayus dan Satgas

26 Januari 2011   01:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:11 39 0
Ada anekdot, "barang siapa menguasai media, dia akan memenangi pertarungan". Ya, perjalanan kasus gayus memasuki babak baru pasca pembacaan vonis, gayus menuding satgas yang merekayasa kasusnya. Satgas tidak diam, bantahan dikeluarkan dengan membawa setumpuk bukti, mulai dari video, transkrip BBM, transkrip rekaman dan beberapa saksi. Selesai? Tidak! Justru perang baru dimulai.

Barisan pendukung Gayus pun mulai beraksi. Statemen sepihak dan tanpa bukti Gayus itu digunakan sebagai amunisi oleh beberapa politisi untuk menyerang Satgas. Modusnya, statemen Gayus diambil secara sepotong-potong. Di sisi lain, bantahan Satgas nyaris tidak terdengar di pemberitaan. Saya pribadi melihat, semua tuduhan Gayus dapat dibuktikan oleh Satgas. Cuma sayangnya, Satgas lemah dari sisi publikasi.

Yang menarik, Bambang Soesatyo dari fraksi Golkar misalnya mengatakan lebih percaya Gayus daripada Satgas. Ujarnya sebagaimana disiarkan oleh Tv One. Ahmad Yani dari Fraksi PPP juga menyuarakan hal yang sama. Dia menuduh Gayus bertemu Satgas selama 68 kali keluar tahanan. Lagi-lagi hal ini dapat dimentahkan Satgas dengan menunjukkan bukti bahwa pertemuan itu atas seizing ketua majelis hakim Albertina Ho dan Ketua Tim Independen Mabes Polri Irjen. Matius Salempang. Nudirman Munir dan Aziz Syamsuddin juga tak ketinggalan, keduanya mendesak Satgas dibubarkan karena telah mempolitisasi kasus Gayus. Wah, enak benar Gayus ya. Didukung banyak politisi.

Dukungan terhadap Gayus ini faktanya didukung beberapa media yang berafiliasi dengan kelompok Golkar-Bakrie. Tv One, Metro TV, Media Indonesia, Inilah.com, rakyat merdeka, dan vivanews. Tak hanya itu, belakangan juga muncul konferensi pers yang cenderung sarkas. Backdrop konpress itu memajang foto anggota Satgas dengan setting narapidana. Celakanya, tulisan besar terpampang: Satgas Maling!

Ketidaknetralan pemberitaan itu akhirnya berbuntut laporan masyarakat kepada Komisi Penyiaran Indonesia. Laporan itu mempermasalahkan content pemberitaan yang lebih banyak mengusung kepentingan pemilik media: Aburizal Bakrie. Lha wajar saja. Lapindo juga tidak pernah diberitakan. Perang pendukung Satgas dan Gayus yang dibekingi kelompok Bakrie agaknya tidak berimbang. Ibarat Gajah lawan semut. Dengan kekuatan rupiah, Bakrie bisa saja membeli pemberitaan.

Satgas juga perlu dikritik. Seharusnya, sejak awal Satgas lebih meningkatkan koordinasi dengan Polri melalui forum yang pas, misalnya gelar perkara. Satgas juga seharusnya lebih melibatkan Anggota yang lain, seperti Darmono dan Herman Effendi. Kok kesannya Satgas tidak kompak ya?

Beruntungnya, Satgas masih memiliki harapan. Dukungan mulai mengalir. Jika Gayus didukung politisi, Satgas didukung beberapa tokoh yang tidak perlu dipertanyakan integritasnya. Goenawan Mohamad misalnya, dalam akun twitternya berkicau: "dalam menghadapi Gayus dan Sang Penyuap, saya membela Satgas."

Wimar Witoelar, Mantan Jubir Presiden Gus Dur juga lebih kencang. Dia menulis dalam akun twitternya: "Usaha ARB: nyalahin Satgas, lepas tangan KPC-Bumi, lupakan Sidoardjo, ngomong Century, pemakzulan. Menipu org yg kurang ngerti."

Wakil Ketua MPR, Lukman hakim saifuddin, kepada akun twitter Denny Indrayana juga menulis: "Teruslah berjuang dg ikhlas bung, Tuhan bersama orang2 yg ikhlas". Dukungan serupa juga datang dari Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan.

Indonesia Corruption Watch yang biasanya kritis-konstruktif terhadap pemerintah kali ini juga tumben mendukung Satgas. Sepertinya ICW sudah mulai melihat siapa kawan siapa lawan dalam kasus Gayus ini yah. Sekjen TII, Teten Masduki juga mengatakan: "Ada berbagai tekanan yang muncul. Bahkan terlihat jelas bagaimana porpol ini menekan Satgas".

Yang terbaru, Saldi Isra, Guru Besar HTN Univ. Andalas yang sekaligus penerima Bung Hatta Anti Corruption Award juga menulis kolom di harian sindo (25/1) berjudul "menolak penolak satgas". Dalam tulisan itu Saldi menegaskan dukungannya kepada Satgas.

Nah, bagaimana dengan anda? Silahkan tentukan pilihan. Mengikuti jejak politisi Golkar sejenis Bambang Soesatyo, Nudirman Munir, Ahmad Yani bersama TV One Cs? Atau, berada di belakang barisan Wimar, Goenawan Mohamad, Lukman Hakim Syaifudin, Anies Baswedan, ICW, Teten atau Saldi Isra? Yang jelas, keberpihakan anda turut menentukan pemberantasan mafia pajak.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun