Sebenarnya, sejak dahulu kala, mungkin sejak zaman nabi Adam telah ada budaya merantau di masing-masing suku bangsa. Lihat saja, Hampir di seluruh dunia bisa dipastikan akan ditemui bangsa cina, mulai dari Indonesia sampai dengan amerika. tidak hanya bangsa cina, Bangsa eropa juga telah mengenal dan bahkan melaksanakan budaya merantau, Bagaimana tidak, Colombus yang merantau ke benua america, belum lagi dengan marcopolo dan yang lainnya. Bangsa Arab begitu juga, siapa yang tidak kenal dengan Ibnu Batutah dan bahkan hari dapat ditemukan etnis arab di daerah masing-masing. Dalam kisah-kisah dakwah Agama Islam juga bisa ditemui, budaya merantau juga diaplikasikan oleh Rasulullah Muhammad SAW, ketika Nabi Muhammad hijrah "merantau" dari mekkah ke madinah. Dan hari ini banyak ditemui makam sahabat-sahabat Rasulullah kebanyakan berada jauh dari kampung halamannya. Bisa dipastikan, budaya merantau tidak hanya dimiliki oleh masyarakat minangkabau saja, tetapi sudah menjadi fitrah dari masing-masing manusia di muka bumi dan menjadi fitrah bagi setiap suku bangsa di dunia. Merantau memang telah menjadi fitrah dari setiap manusia.
Sesuai dengan kata bijak dari Imam Syafii yang diambil dari Novel Negeri 5 Menara
Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang
Aku melihat air menjadi rusak karena diamnya yang tertahan Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak ia akan keruh dan menggenang
Singa jika tak meninggalkan sarangnya tak akan mendapat mangsa
Anak panah jika tidak dilepaskan dari busurnya tak akan kena sasarannya
Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus ia diam Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandangnya
Biji emas bagaikan tanah biasa tak berguna sebelum digali dari tambangnya
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika ia masih dalam hutan tak diolah
Dengan merantau, akan banyak ditemui hikmah hikmah di setiap perjalanan. Akan ada dunia baru yang mungkin tidak ditemui di daerah asal. Dengan merantau dapat belajar bagaimana caranya menghargai perbedaan tanpa menciderai prinsip budaya sendiri. Namun, tak ada gunanya merantau tanpa ingat kampung halaman, menyejahterakan daerah rantau memakmurkan kampung halaman.
Agaknya, kisah malin kundang haruslah dimaknai secara baik oleh perantau, agar jangan seperti Malin yang lupa akan Ibu(kampung halamannya), karena itulah di Budaya Minagkabau sangat sering di kisahkan kisah malin kundang. Agar para pemudanya tidak lupa dengan kampung halamannya.
Tembagapura, 11 Oktober 2013
Merindukan "rendang dan dendeng" Qurban Ranah Minangkabau
Selamat Menunggu Hari Raya Idul Adha