Seri Leadership : 31
Oleh : Basuki Ranto*)
Sebuah hal yang menarik dari arahan Presiden Prabowo pada saat memimpin Sidang Paripurna Pertama Kabinet Merah Putih di Istana Merdeka yaitu: " Para Menteri harus seirama dalam bertindak dan tidak takut lelah dalam menghadapi berbagai tantangan dan masalah".i
Bertindak seirama ini bisa digambarkan dalam sebuah "Orkestra" dalam sebuah konser yang mampu menghasilkan sebuah aransemen yang apik, kompak dan bisa dinikmati sangat indah dan memuaskan bagi semua. Peran dirigen menjadi strategis dan menentukan permainan , karena gerak seorang dirigen akan diikuti oleh pemain musik dengan peran dan alat musik yang menjadi embanan tugasnya. Peran infra struktur terkait kepada daya dukung peralatan menjadi sesuatu yang tidak kalah penting karena akan menentukan kualitas hasil dari sebuah orkestra.
Dikutip dari Wilkipedia menyebutkan Orkes atau Orkestra adalah kelompok musisi yang memainkan alat musik bersama. Mereka biasanya memainkan peralatan musik tertentu dalam bentuk klasik. Orkes yang besar kadang-kadang disebut sebagai "orkes simfoni". Orkes simfoni ini memiliki sekitar 100 pemain, sementara orkes yang kecil hanya memiliki 30 atau 40 pemain. Jumlah pemain musik bergantung pada musik yang mereka mainkan dan besarnya tempat yang dipakai manggung atau pentas.
Dalam sebuah orkestra operasional pelaksanaan pagelaran musik dipimpin oleh dirigen atau sering disebut conductor.
Dirigen (conductor) adalah seseorang yang memimpin orkestra, paduan suara, grup opera, balet, atau grup musik lainnya dalam pertunjukkan dan interpretasi karya ansambel. Dirigen bertugas untuk memberi ide dan membimbing para musisi untuk menciptakan penampilan yang maksimal.
*Orkestra Kepemimpinan*
Kabinet Merah Putih merupakan kabinet yang dibentuk Presiden Prabowo dengan jumlah menteri dan setingkat menteri sebanyak lebih dari seratus plus utusan khusus, staf khusus dan dilengkapi dengan sederet infra struktur yang sangat lengkap dan kekinian. Mengingat jumlahnya yang begitu banyak ini maka sementara kalangan beranggapan ini merupakan kabinet yang gemuk yang membawa sebuah konsekuensi membutuhkan anggaran yang besar untuk penyelenggaraan fungsinya.
Sehingga dalam menciptakan irama yang sama maka kabinet ini bisa dianalogikan sebagai sebuah Orkestra (dalam kepemimpinan).
Presiden akan bertindak sebagai dirigen atau conductor yang akan memimpin jalannya sebuah pagelaran besar dari sebuah orkestra ini. Sementara  para menteri dan seluruh yang terlibat dalam kaninet adalah yang memainkan alat musik yang berbeda-beda namun harus menghasilkan nada dan suara yang seirama.
Untuk mewujudkan irama yang sama (seirama) ini sang dirigen melakukan langkah-langkah kepemimpinan diantaranya dengan mengumpulkan anggota kabinet untuk diberikan pembekalan (di hambalang) dengan menghadirkan tokoh-tokoh terkenal baik nasional maupun internasional untuk memperoleh konsep wawasan yang kuat dalam memainkan perannya sebagai anggota kabinet.
Selanjutnya diselenggarakan retreat kepada seluruh anggota kabinet di kawasan kawah candra dimuka yaitu Akademi Militer (Akmil) di lembah gunung tidar di Magelang. Dilihat dari tempat yang digunakan mencerminkan bahwa anggota kabinet perlu wawasan kebangsaan yang memadai dan memantapkan kesadaran tentang bela negara. Hal yang tidak kalah penting adalah masalah disiplin yang perlu dijadikan dasar dalam melaksanakan segala aktifitas apapan baik ibadah maupun karya.
Semua ini tergambar dalam peran Orkestra bahwa pada saat mengawali harus disiplin dimulai dengan gerak tubuh dan bahasa simbul yang disampaikan dirigen dan barulah secara serentak dan seirama memainkan peran dan fungsinya masing-masing serta karakteristik yang dimiliki.
Sang Pemimpin tidak perlu teriak-teriak, bersuara keras, marah-marah bahkan cemas, akan tetapi cukup dengan stik-tongkat kecil yang digerakan dan lugas yang juga disepakati/dipahami oleh semua yang terlibat serta mampu menggerakkan semua pemain dan semua alat yang dimainkan tanpa suara sumbang, bias dan berantakan, melainkan seirama dan enak sekali didengarkan.
Itulah sesungguhnya makna dari kepemimpinan yaitu bagaimana mampu menggerakkan lintas fungsi yang bervariatif untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Bahasa simbul atau sebut saja sandi yang dilakukan oleh sang conductor adalah merupakan kesepakatan yang sudah dipahami untuk dilaksanakan adalah sebagai bentuk gaya kepemimpinan yang berwibawa dan kharismatik adalah merupakan gaya yang bisa ditrapkan, sehingga tidak memerlukan energi yang banyak dalam memimpin kelompok yang besar ini. Tidak memerlukan power yang sifatnya menekan dan menindas akan tetapi cukup dengan wibawa dan ketegasan.
Dalam kondisi seperti ini pemimpin harus mampu memberikan keteladanan yang bisa dicontoh oleh seluruh followernya dalam hal ini seluruh anggota kabinet, sehingga gaya kepemimpinan teladan harus dimainkan agar semua bergerak dengan seirama bagaikan sebuah orkestra besar, hanya dengan gerakan dan simbolisasi dari dirigen yang mampu diikuti dengan ketaatan dan kepatuhan. Selain itu melalui role
model kepemimpinan, seorang pemimpin akan menjadi kebanggaan bagi anggotanya.
Retreat yang diselenggarakan di Magelang bagi Kabinet Indonesia maju juga mengandung makna membangun kebersamaan, kekompakan dan membentuk jiwa korsa (esprit de corp). Melalui program ini antar anggota kabinet akan saling mengenal dan mengerti tugas yang akan dikoordinasi, dikomunikasi, disinkronisasi dalam percepatan aksi.
Melalui sarana ini juga akan membangun budaya organisasi yang bisa dipahami bersama dalam membangun tata nilai kebersamaan, gotong royong dan saling bersinergi.
Program retreat tidak ingin menjadikan kabinet Merah Putih di militerisme melainkan "the militery way" yang pada dasarnya berbasis pada disiplin. Hal tersebut bagian pernyataan yang disampaikan oleh Kepala Negara dalam acara retreat tersebut secara tegas. Sehingga jelas ketika semua sudah memegang teguh disiplin maka secara keseluruhan semua kebijakan akan dilaksanakan dengan benar tepat waktu, tepat sasaran dan tepat hasil serta penyimpangan dalam segala bentuk akan terdilusi.
*Kesimpulan*
Dari beberapa uraian sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, kiranya dapat diambil beberapa catatan yang merupakan kesimpulan sebagai berikut:
*Pertama* menganalogikan kepemimpinan kabinet merah putih dengan orkestra kepemimpinan adalah hanya untuk menyerdahanakan dalam memahami dan peran anggota kabinet dalam mengimplementasi keinginan Presiden Prabowo agar "Seirama"'dalam gerak dan langkah dan karenanya digambarkan dalam
Orkestra dengan memerankan kepemimpinan yang dilakukan oleh dirigen atau conductor.
*Kedua* Melalui pembekalan Hambalan dan Retreat kepada semua anggota kabinet merah putih adalah merupakan awal yang baik untuk menyamakan persepsi, penguatan , menyamakan irama, membangun kedisiplinan, kebersamaan, menumbuhkan hotong royong dan sigap-cepat-cermat dalam menghadapi permasalahan serta keberpihakan kepada rakyat.
*Ketiga* mencermati beberapa statemen Presiden Prabowo di berbagai kesempatan dapat diyakini bahwa ada perubahan-perubahan signifikan bagi rakyat (wong cilik) dari berbagai permasalahan yang dihadapi.
*Keempat* diperlukan gaya kepemimpinan yang tepat terkait dengan situasi dan kondisi bangsa yang memerlukan sikap asah-asih-asuh , karena sesungguhnya gaya kepemimpinan itu dipengaruhi oleh pemimpin itu sendiri, yang dipimpin dan situasi.
(m@s-b@s, 27112024)