Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Ketidaktahuan adalah Awal Matinya Kemanusiaan

23 Februari 2020   15:30 Diperbarui: 23 Februari 2020   15:35 337 2
Manusia pada dasarnya adalah mahluk yang gandrung akan hal-hal baru. Sebab manusia adalah mahluk dengan segala pertanyaan akan selalu mencari. Karena itu setiap peradaban, manusia selalu dipenuhi dengan orang-orang yang selalu melakukan berbagai macam eksperimen.

Untuk menelisik hal ini lebih dalam, mari kita kembali jauh ke belakang yakni ketika manusia masih belum menemukan aksara. Ada sebuah polis (baca: kota negara) yang bernama Miletos. Sebuah kota di Ionia, di Asia Minor yang kira-kira ketika untuk sekarang ini masuk wilayah Turky.

Ketika itu, Kota Miletos merupakan kota yang sangat penting pada masa Arkhaik Yunani sekitar 800-400 SM. Kota ini lahir sebagai pertemuan dan pertikaian pikiran intelektual dan kultural sekitar abad ke 7 sampai akhir abad 6 SM. Aliran ilmu kosmologi, astronomi, geografi, geometri, dan matematika lahir di kota ini.

Kemudian terus mengalami perkembangan dan perubahan, baik karena pemberontakan, peperangan, dan perdamaian. Begitu seterusnya. Hingga pada akhir abad ke 6 SM, manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sekaligus didampingi dengan perubahan dimana manusia menemukan aksara kuno.

Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, pekan demi pekan, bulan demi bulan, tahun demi tahun, dan waktu demi waktu membuat manusia menyadari betapa penting bersikap dan berpikir kritis atas segala sesuatu. Maka dari itu muncullah lembaga-lembaga demokratis sebagai akibat dari penyadaran tersebut.

Sebagai contoh, lahirlah pengadilan atau majelis sebagai bagian dari perjalan kisah manusia untuk eksis dalam nalar kritis. Tidak hanya itu, pada abad ke 5 SM, manusia juga mulai menyadari tentang ilmu-ilmu yang lain seperti kedokteran dan berbagai ilmu yang lain.

Perubahan terus mendampingi manusia dengan berbagai pertanyaan yang dibawanya. Hingga melahirkan sebuah perkumpulan manusia yang oleh Romo Setyo Wibowo menyebutnya kaum Phusikoi. Kaum Phusikoi ini fokus mengkaji terkait materi alam semesta, realitas, jiwa, para dewa.

Pasca kelahiran orang-orang Phusikoi yang kemudian tokoh-tokohnya berguguran, digantilah mereka dengan kelahiran tokoh pemikir terkenal yakni Socrates. Dalam perjalanannya, Socrates kemudian memilih mati untuk meyakini pemikirannya tapi melahirkan tokoh lain yang terkenal seperti Platon dan Aristoteles.

Perjalanan manusia terus terjadi tanpa henti, hingga pada kisaran 1-32 M telah ada manusia yang dilahirkan tanpa seorang ayah yakni Isa AS. Tentu ini adalah sebuah pertanyaan yang sangat besar yang belum dipecahkan pada masa itu. Bahkan, jika mengacu pada kitab suci, ada manusia lahir tanpa ayah dan ibu yakni Adam AS.

Akan tetapi manusia dengan segala bentuk keingintahuannya terus melakukan percobaan. Hingga akhirnya, peneliti dari Cina berhasil melahirkan seekor tikus dari tikus betina tanpa jantan untuk membuahi sel telur. Tentu ini sungguh luar biasa dan di luar nalar para manusia-manusia di masa lalu.

Oleh karena itu, apa yang disampaikan oleh Komisioner KPAI, Sitti Hikmawatty adalah sebuah asumsi dan hipotesa alur nalar manusia. Sebab ketidakmungkinan itu pada akhirnya akan terjawab oleh waktu. Seperti halnya dulu ketika manusia mulai berpikir kritis dan melahirkan berbagai aliran ilmu.

Atau lebih sederhana, misalkan ketika Wright Brothers yang mungkin dianggap gila oleh manusia-manusia dizamannya ketika melakukan eksperimen sebanyak 1000 kali penerbangan pesawat terbang bermesin yang lebih berat daripada udara. Tapi kemudian Orville dan Wilbur membuktikannya dengan menerbangkan pesawat pada tanggal 17 Desember 1903.

Maka atas dasar itu, melalui tulisan ini saya ingin mengingatkan bahwa ketidaktahuan itu adalah awal dari kematian kemanusiaan manusia. Apalagi, jika ketidaktahuan itu dibarengi dengan cacian, makian, hingga tindak bullying. Sungguh itu adalah kebodohan sejati.

Dan lagi bahwa melalui tulisan ini saya sedang tidak membela Ibu Sitti Hikmawatty. Saya hanya mengingatkan atas dasar kemanusiaan sejati saja. Kupikir demikian, salam cintah, aku mencintaimu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun