Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Nutup Hiburan Malam Saat Ramadhan Itu Tidak Boleh

17 Juli 2012   08:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:52 166 5
Buat saya pribadi, pendapat yang mengatakan bahwa tempat hiburan malam tidak perlu ditutup karena alasan bagaimana 'nasib mereka yang bekerja disana ' jujur saja terlalu melodramatis

Seorang pengusaha hiburan malam,  tau pasti hitungan keuntungan yang didapat dari membuka sebuah tempat hiburan. Berapa marjin yang tercipta dari satu gelas minuman dan apa saja yang dapat di 'jual' dari tempat hiburan malam tersebut.

Dan dari keuntungan bersih yang didapat  selama 10 bulan bahkan kurang sekalipun sebetulnya cukup untuk 'menutup' tempat yang dikelolanya tersebut dan tetap memberikan gaji satu bulan kepada para pekerjanya.

Itu sudah diperhitungkan, dan diatas pajak tempat hiburan yang memang cukup tinggi, hal seperti itulah yang menjadi dasar kenapa pada saat anda membeli 1 botol bir yang diluaran sana 'hanya' seharga Rp. 6.000 /botol, didalam sebuah tempat hiburan yang lumayan terkemuka harga bisa naik menjadi Rp. 35.000/botol. Dalam ukuran yang sama. Belum lagi apabila menjual minuman berkarbonasi yang keluar dari mesin dispenser berbahan baku post/pre-mix dengan campuran gas dan air.

Lebih besar lagi untung yang didapatnya.

Jadi, alasan bagaimana nasib para karyawan saat tempat kerja ditutup tidak boleh beroperasi saat Bulan Ramadhan, hanya alasan yang dibuat buat supaya keran keuntungan tidak berhenti mengalir.

Bottom line, tidak ada sangkut paut dengan agama, kultural dan yang lainnya. Murni kapitalisme.

Nutup hiburan malam saat Ramadhan itu tidak boleh, apalagi nutupnya musti dengan maksa. Yang boleh adalah menutup tempat hiburan malam karena adanya perda yang mengatur bagaimana kepantasannya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun