Minibus, station wagon atau istilah yang lebih jamak didengar adalah 7 seater alias mobil berkapasitas penumpang 7 orang seperti menjadi andalan. Idiom 'lama' semua bisa ikut naik yang berbanding lurus dengan perilaku sosial ( dan jumlah penduduk ) di Indonesia mematri pandangan konsumen roda empat kebanyakan bahwa mobil keluarga hendaknya besar dan mampu untuk membawa seluruh anggota keluarga, pacar, teman , bahkan kalau perlu keluarga teman sekaligus.
Memang sih. Pada saat saat tertentu seperti akhir pekan dan momen spesial ( biasanya liburan) hal itu jamak terjadi. Tapi untuk routine daily usage ?
Sering terlihat mobil mobil berkapasitas 7 penumpang ini 'sepi' dari penumpang. Maksimal 2 atau 3 orang lah yang terlihat didalam mobil mobil pribadi yang setiap hari memadati jalan raya dalam aktivitas sehari hari. Tren otomotif kini dan kedepan pun akhirnya kembali kepada beberapa esensi yang mendasar : fungsional, kompak, minimalis, keren dan juga efisien alias hemat bbm. Dan wabah city car pun kembali .
Orang (masih ) butuh kendaraan roda empat. Sulitnya lahan parkir, sisi ekonomis dan penggunaan keseharian pun jadi pertimbangan mereka yang 'smart'. Diusung dengan mesin yang mudah perawatan, irit , bentuk yang keren dan para penggiat modifikasi , tren city car atau mobil compact tampaknya akan semakin kuat kedepannya.
Kebijakan LCGC yang lalu dan masih berjalan ini, pihak ATPM pun mengusung 'perang' dengan tren ini. Suzuki dengan Suzuki Karimun Wagon R nya, Honda dengan Brio Satya-nya. Datsun , nama yang lama hilang pun kembali meluncur ke pasar tanah air dengan Datsun Go, dibawah kendali Nissan Motor . Toyota dan Daihatsu berkolaborasi di 'si kembar' Agya- Ayla -nya, seperti di trik dagang yang dipakai di Avanza- Xenia.
Mesin mesin yang diusung pun berkisar di 1.000 cc atau maksimal 1.200 cc. Efisien, irit dan yang jelas mudah perawatannya. Meski demikian sebetulnya masih lebih besar ketimbang pengembangan para prinsipal merk di Jepang yang sekarang ini sudah banyak bermain di mesin kompak 660 CC - dengan turbo untuk performa ekstra ! Bisa saja sebetulnya para ATPM pun memasukkan jenis mesin yang sama ke tanah air. Namun pertimbangan segmentasi pasar secara umum, aftersales atau layanan purna jual yang termasuk didalamnya adalah penjualan suku cadang yang mudah, murah dan tersedia adalah satu pertimbangan penting.
Tren small compact city car sendiri diIndonesia sebetulnya bukan mainan baru di dunia otomotif. Tahun 80'an, Honda Life sempat merajai jalanan di Indonesia. Suzuki Fronte yang populasinya sedikit pun merambah jalanan Tanah Air. Kemudian era medium city car. Daihatsu Charade, Honda Civic, Toyota Starlet dan lainnya. Masih tetap bermain di kebutuhan medium city car. Bukan sebenar benarnya akan pengertian small compact city car sendiri, namun masih berada di 'garis' yang sama : trendy, compact and efficient. Bahkan dari Eropa pun kita mengenal si legendaris klasik Morris Mini Cooper dan juga si keren kencang Fiat Uno.
Tren modifikasi small compact car kembali hits di dunia otomotif internasional yang tentu juga ke Indonesia. Mulai dari modifikasi minimalis sebatas aliran fashion saja, oprekan mesin , kaki kaki atau audio jadi mainan yang hits bagi para penggiat dunia otomotif. Tantangannya seru. Bagaimana membuat si mungil yang kompak ini jadi punya nilai lebih. Baik dari segi estetika, performa dan kenyamanan ekstra dan tentu tetap fungsional sekaligus meningkatkan safety. Di Negeri Jiran tren ini sudah jauh hari terlihat dengan lansiran produk Perodua atau re-brand dari Daihatsu.
Kereta Kompak yang kencang , itu kata mereka disini
Mendekati era Millenium yang lalu. Soebronto Laras melalui Suzuki melakukan terobosannya untuk kembali mendobrak pasar small compact city car ini. Disain yang kotak minimalis yang kebetulan 'pas' dengan selera orang Indonesia. Ruang kabin yang lega, bahkan dengan leg room atau ruang kaki penumpang yang nyaman. Tahun 1999 mereka merilis Suzuki Karimun , yang lebih di kenal dengan nama international nya sebagai Suzuki Wagon R Wide. Suatu produk yang juga laku keras di Jepang dimulai dari tahun 1993 penjualannya.
Bahkan pada saat banyak mobil mobil sejenis yang baru pun diluncurkan saat ini, harga bekas unit Suzuki Karimun masih cukup kuat di pasaran. Terlebih saat ini , dimana faktor penghematan bbm menjadi satu pertimbangan.
Nah. Bagi anda, para penggiat modifikasi, penggemar, ataupun yang memang masih sedang melirik lirik city car baik baru maupun second sebagai mobil kedua atau bahkan pengganti roda dua anda, yuk sambangi booth komunitas Suzuki Karimun Indonesia (SKI) nanti di gelaran acara Kompasianival 2014 di TMII yang akan datang akhir pekan ini tanggal 22-23 November 2014.