PEREMPUAN itu menggelar dagangannya di trotoar jalan menuju kampus. Pagi mulai pukul setengah tujuh, ia sudah menata
kacang sangreh yang dibungkusi
contong kertas, ditata di atas
besek besar berbentuk mirip antena prabola. Sore pun penataan rutin yang serupa ia lakukan, namun bedanya ada sebuah lampu
templok disisi kanan beseknya. Lampu itu ia nyalakan kalau matahari benar-benar sudah tenggelam dari kota. Si Mbok Sangreh -- demikian julukan mahasiswa yang menjadi pelanggannya -- tak pernah
preidari pekerjaan menjual kacang sangrai yang digemari mahasiswa.
KEMBALI KE ARTIKEL