.
Wajahnya cukup teduh. Amarah pengendara dijawab dengan senyum manis. Kesabarannya "mematikan" emosi lawan bicaranya. Jika tak diberi lembaran rupiah, si bapak tetap menerima. Tak ada nada teriakan apalagi perlawanan. Lambaian tangannya mengayun - mengatur kendaraan yang hendak menepi. Suara tiupan peluitnya - perlahan - memberi aba-aba. Salah sedikit saja mungkin berakibat fatal bagi pengendara. Mundur sedikit, maju perlahan, belok seperlunya, semua dengan "body languange" teratur.
.
Entah berapa pundi rupiah yang dikantonginya. Ratusan kendaraan yang parkir mungkin sudah bisa menjawabnya. Tentu saja setelah dipotong "setoran" oleh yang berwenang. Setidaknya beliau menyumbang sebuah bakti. Kelancaran lalu lintas yang hendak berhenti. Jika tidak, bisa saja macet menghampiri sepanjang hari.
.
Si Bapak masih saja berjalan diterangi lampu toko. Kendaraan masih padat merayap, seolah tak ada henti mengitari jalan. Kakinya hanya dialasi sendal jepit usang. Sesaat si bapak duduk di pinggir jalan. Beliau menghela nafas sebisanya. Namun, sebuah mobil bersiap meninggalkan parkir. Si Bapak langsung berdiri dari tempat duduk. Pandangan matanya fokus ke jalan. Memberikan isyarat kepada pengendara untuk melambat. Memberi ruang kepada yang lain untuk bergerak pergi.
.
Pelajaran hidup bisa diperoleh dari siapa saja dan di mana saja. Perilaku sabar harus menjadi panglima. Menghadapi hidup yang penuh lika-liku. Mari memperbanyak rasa syukur akan posisi kita hari ini. Karena sejatinya hidup ini berputar layaknya roda. Hari ini di puncak, besok lusa bisa di posisi buncit, atau sebaliknya. Barakallah. (*)
.
#basareng (Makassar, 19072017)