Belakangan muncul video komentar JK terkait kepantasan Jokowi menjadi presiden.
"Jangan tiba-tiba karena terkenal di Jakarta dicalonkan presiden. Bisa hancur, bisa bermasalah negeri ini. Kalau sukses di DKI, ya silakan (maju sebagai capres),"imbuhnya.
"Biarlah DKI dulu, itu masalah popularitas, belum membuktikan mampu mengurus Jakarta. Bahwa dia (Jokowi) mampu mengurus Jakarta otomatis punya kemampuan mengurus negeri ini,"tegasnya.
Ucapan itu disampaikan JK empat bulan setelah Jokowi menjadi gubernur DKI.
Saya sempat berpikir,“Ini Jokowi pasti marah.”Masakan cawapresnya bicara seperti itu, meskipun itu dulu.
Jauh dari dugaan saya.
"Itu disampaikan Pak JK empat bulan setelah saya menjabat. Itu betul. Kalau saat itu saya dicapreskan itu memang keliru, karena kan saya belum deliver program dan hasil kerja. Kalau dikomentari begitu, ya bener,"kata Jokowi.
Jokowi mengakui dan mampu mengukur diri. Jarang ada yang begini. Kalau saya mungkin marah besar.
JK pun menjelaskan perihal komentarnya itu dua tahun yang lalu dan sekarang Jokowi sudah pantas dan kinerjanya bagus.
Ada kejujuran dan kerendahan hati dalam diri keduanya.
Kembalinya “Demokrasi”
Selasa (27/05) sore, saya menyaksikan pidato Jokowi pada Rapimnas Nasdem di Metro TV, katanya,“Kita harus meninggalkan tradisi lama politik kita. Kalau ketemu, ada yang minta jatah menteri 7, ada yang 8, ada yang cawapres. Kita mesti berani menciptakan tradisi baru, nilai-nilai baru. Ini pendidikan politik, untuk Indonesia yang lebih baik.”
Masih Selasa sore, seorang abang menelepon.
“Sar, itu Jokowi tulus dan benar-benar pernyataannya dia bahwa, kemenangan akan sangat bergantung pada rakyat dan relawan-relawan. Jadi kita harus optimalkan satu bulan ini. Sama-sama kita hantar Jokowi. Meskipun kita korban uang, waktu, dan perasaan. Sebentar lagi kita punya presiden yang berpihak pada rakyat.”
Jokowi sadar tidak bisa membeli suara rakyat. Yang dia yakini, bersama-sama dengan rakyat dapat memenangkan pertarungan. Beliau sampai tidak hapal nama-nama komunitas relawan yang mendukung, semakin hari semakin menjamur. Melibatkan rakyat dengan membuka rekening kampanye.
“Kita sudah membuka rekening kampanye. Kita libatkan rakyat, berapapun sumbangannya diterima, mau seribu, sepuluh ribu, satu juta, kita terima. Dan yang pasti kita ikuti aturan penerimaan sumbangan,”ujarnya.
Rakyat adalah penentu kemenangan dan arah suatu negara. Jokowi dan JK sedang mempraktekkannya. Mengajak rakyat bergotong-royong untuk Indonesia Hebat!
Swing Voter
Saya sempat bilang pada seorang teman,“Eh, aku rasa banyaknya pemilih Jokowi ini yah. Kawan-kawan kelas menengah dan terpelajar. Tapi kok mereka malu-malu yah bantuin kampanye Jokowi di sosial media?”
Teman saya itu berkata,“Iya, banyak, mereka nggak mau menambah ruwetnya lalu-lintas status, opini, dan berbagai bentuk kampanye yang seliweran di media sosial. Mereka memilih bergerak senyap.”
Satu orang seperti saya bisa memperkenalkan sosok dan program Jokowi-JK kepada beberapa sahabat. Dan teman-teman yang bergerak senyap itu sedang melakukannya.
Saya teringat dengan pesan abang saya yang sejak setahun lalu getol mencapreskan Jokowi.
“Sar, jangan pernah berpikir Jokowi pasti menang. Kita akan tenang-tenang saja kalau begitu. Dunia ini dinamis. Sudah waktunya kita bergerak lebih cepat dan lebih giat, tentu dengan santun dan cerdas.”
Tahu Sama Tahu
Semakinhari kita semakin dewasa dalam berpolitik. Termasuk para politisi. Kita sudah mulai bisa dan berani membedakan mana yang mengedepankan dan yang tidak mengutamakan etika.
Visi dan misi,track record, serta karakter menjadi pertimbangan kita untuk menjatuhkan pilihan.
SARA tidak lagi menjadi jualan yang murah harganya dan efisien hasilnya. Kita saudara satu bangsa, kerukunan hidup kita tidak akan terusik sedikitpun.
Sayasering berdiskusi dengan teman-teman yang mendukung Jokowi maupun Prabowo. Tidak ada unsur SARA dalam diskusi kami. Kami hangat dan saling terbuka berbagi apa yang baik dari masing-masing capres.
Semua Tergantung Kita
Kata Jokowi,“Percuma infrastruktur kita bagus kalau mental kita tidak baik. Semuanya tergantung mental kita. Program kita nanti, setiap manusia Indonesia diisi dengan budi pekerti dan etika, sehingga mental kita baik. Dan kita siap bersaing dengan kompetisi internasional.”
Saya menangkap, apa pun yang kita harapkan, semua bergantung pada kita. Pada mental dan cara kita mencapainya. Indonesia, dimulai dari kita.
Sumber:
inilah.com
republika.co.id