Saya pun bergegas masuk ke warnet favorit saya ini. Ups, deposit abis. Sebagai member, saya mesti isi ulang tuh deposit. Sambil tersenyum genit kepada ABG penjaga warnet yang pake 'You Can See', bayar deh spuluh rebu. Dengan pura-pura tenang, saya pun naik ke lantai dua. Dan tentu donk langsung masuk ke tempat favorit saya kalo lagi kebelet. Percis, dugaan Anda benar, saya masuk ke toilet, dan silakan lanjutkan ceritanya. :)
Nah, ini dia bagian yang paling menarik. Setelah plong dari toilet, saya pun nyalakan salah satu komputer. Wong saya bayar deposit bukanlah untuk ke toilet yang itu kok, kalo itu kan cuma hobi sampingan. Hobi saya yang sesungguhnya adalah menjumpai teman-teman saya di toilet yang jauh lebih luas. Dan terbuka !
Saya pun masuk bergegas ke "toilet uneg-uneg dan gagasan " yang dikasi merk Kompasiana. Ya, inilah kebelet sesungguhnya. Dan huruf demi huruf yang Anda tatap, kata demi kata yang Anda kunyah, rangkaian yang Anda lahap ini, adalah "sesuatu yang saya keluarkan" dari pikiran saya. Dan saya ikhlas kok membaginya untuk Anda.
Sebagai orang kecil yang belum punya kesempatan memiliki IPAD atau yang lebih canggih, saya memang masih doyan ke warnet. Bukan karena penjaganya ABG sexy, tapi saya ambil manfaat positifnya aja.
Kalo punya jaringan di rumah atau gadget canggih dalam genggaman, takutnya malah kelamaan online. Dan lupa dengan dunia offline yang membutuhkan kehadiran saya. Misalnya bercengkrama dengan keluarga, membaca buku yang dipinjam di Perpustakaan atau membersihkan rumah bantu-bantu meringankan kerjaan istri.
Jadi, bagi saya Warnet merupakan tempat melepaskan sesuatu yang bermakna ganda dalam satu kata, yakni : KEBELET !!