Indonesia Bangsa yang besar. Negara yang besar
Apa yang tidak kita miliki?
Sebagai warga negara, tanpa daya besar. Saya bisa apa?
Nilai tukar rupiah terjun bebas.
Sumber daya alam Indonesia dikuras habis oleh asing
Apa karena Indonesia terlalu luas? Sehingga petinggi negeri kewalahan?
Saya bisa apa?
Nilai patriotisme tiap-tiap masyarakat menguap. Lantas bagaimana?
Apa kurang pintar Indonesia ini?
Ternyata, saya baru tahu, apa yang menyebabkan kondisi rupiah terjun bebas.
Nilai impor kita lebih tinggi dibandingkan nilai ekspor
Jangan jual bahan mentah. Mungkin itu bernilai rendah.
Ayolah, konsumsi produk lokal, apapun itu.
Dengan kita mengonsumsi barang-barang luar negeri, berarti kita menghidupi mereka.
Dengan kita mengonsumsi produk dalam negeri, berarti kita menghidupi anak-anak Indonesia.
Ah, pusing memang. Barang impor lebih berkualitas dan murah. Berbeda dengan produk lokal, sudah mahal, rendah lagi kualitasnya.
Tidak mobil, tidak gadget, tidak pakaian, tidak buah sekalipun. Indonesia lahan empuk bagi negara lain.
Mungkin negara kita terlalu rakus merangkul dari Sabang sampai Merauke. Sepertinya saya setuju Indonesia dijadikan seperti Amerika, dengan dipecah menjadi negara-negara bagian. Tapi, apa itu solusi?
Mungkin benar, Indonesia belum cukup mampu memasuki era reformasi. Sepertinya lagi-lagi aku setuju Indonesia membutuhkan pemimpin diktator baik hati. Ya, nampaknya kita ini belum bisa berdiri sendiri atas nama reformasi. Bentuk kerajaan mungkin lebih cocok. Mungkin.
Saya bukan seseorang yang paham politik, hukum, tata negara, atau hal-hal seperti berikut. Tapi, saya pun punya rasa peduli.
Dulu selintas terpikir, pindah saja ke negara lain, toh berjuang di negeri sendiri malah geram sendiri. Apatis.
Namun, lagi-lagi. Saya bisa apa?
Tolong jangan menyerah Dita. Indonesia masih membutuhkan anak bangsanya. Terlalu dini untuk menyerah.
Terinspirasi dari kuliah Kewarganegaraan. Indonesia masih punya manusia-manusia yang cinta padanya, tapi daya mereka lemah. Dosen yang tak hanya mengajar dengan ilmu, tapi dengan kegeraman di dada. Pesan beliau 1, "cukuplah 5 dari kalian yang menjadi dosen, selebihnya terjunlah ke politik hingga tingkatan tinggi, tapi jangan lupa, tidak setelahnya kalian hanya mengingat perut sendiri"