Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Dasar Penentuan Awal Berdirinya Kabupaten Banyumas

28 April 2013   11:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:29 2102 1
#Kontroversi Hari Jadi Banyumas (Ia)

Banyumas – Menelisik sejarah berdirinya kabupaten Banyumas tentu tidak bisa di pisahkan dengan kerajaan-kerajaan di Tanah jawa di masa Silam. Yaitu hubungan antara Kerajaan Siliwangi dan Majapahit dengan bersatunya Raden Baribin dengan Retna Pamungkas yang menurunkan kesatria wirasaba. Serta kerajaan Pajang yang saat itu menguasai kadipaten wirasaba hingga perkembangan masuk kerajaan mataram Islam serta pecahnya menjadi kasunanan Surakarta dan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Rangkaian yang sangat menarik untuk dipelajari dan digali bagi genarasi muda saat ini tentunya karena pasti ada pesan ataupun hikmah dari sebuah catatan sejarah. Keterbatasan sumber dan peninggalan sejarah menjadikan penentuan hari jadi kabupaten Banyumas kurang optimal pada masa bupati Djoko Sudantoko yang menugaskan panitia khusus (pansus) hari jadi Banyumas hingga menghasilkan Perda No. 2 tahun 1990.

Penentuan Hari Jadi oleh Pansus dianggap kurang tepat baik dari segi sejarah ataupun cerita yang berkembang di masyarakat Banyumas. Bapak Sugito warga Pekunden Banyumas yang saat itu mengikuti seminar Penentuan Hari Jadi Banyumas oleh Pansus Hari Jadi Banyumas mengaku tidak puas dan merasa berdosa ketika tidak meluruskan sejarah yang ada. Hari Jadi Banyumas merupakan catatan Sejarah awal berdirinya kadipaten Banyumas oleh Joko Kaiman bukan cerita fiksi belaka yang dikarang oleh pansus tutur pensiunan Guru Seni SMP di Banyumas.

Ketertarikan saya terhadap warisan leluhur nusantara dan mempelajari sejarah membuat saya semakin semangat untuk menggali lebih dalam tentang kontroversi  yang ada yaitu tentang penentuan Hari Jadi Banyumas. hal yang perlu disepakati adalah dasar  apa yang digunakan untuk menentukan dari Hari Jadi Kabupaten Banyumas itu sendiri ? Apakah saat Joko Kaiman menerima SK dari Sultan Hadiwijaya tentang pengangkatan menjadi Adipati Wirasaba bergelar Warga Utama II ataukah saat pertama kali Kadipaten Banyumas itu benar-benar berdiri di sebelah barat pasinggangan yang terdapat Pohon Tembaga?

Surat Kekancing Joko Tingkir untuk Joko Kaiman

Berawal dari peristiwa setu pahing yaitu kesalah pahaman Sultan Hadiwijaya atas pemberian hadiah (istri) dari Adipati Wirasaba yang menyebabkan Adipati  Wargautama I dibunuh oleh gundik suruhan Sultan Hadiwijaya. Dalam buku “Sejarah dan Silsilah Bupati Banyumas  keturunannya” karya R. Soedana T. Gandasoebrata  yang merupakan Koleksi Ibu Yeti keturunan R. Arya Gandasoebrata menyebutkan meninggalnya adipati Wargautama diperkirakan sekitar tahun 1568 M.

Kematian Adipati Wargautama I menjadikan duka bagi Kadipaten Wirasaba, hingga permintaan Sultan Pajang untuk mengirimkan utusan untuk menghadap ke pajang tidak ada yang berani menghadap. Joko  Kaiman sebagai putra menantu Adipati Warga Utama I dengan sikap kesatria berangkat menghadap ke Pajang dengan sebelumnya meminta persetujuan saudaranya, yaitu apabila ada mendapat murka sultan pajang akan ditanggung sendiri namun jika mendapat anugerah akan dibagikan kepada saudaranya.

Dalam catatan sejarah yang lebih tua yaitu di komplek museum kalibening berupa selembar kayu yang lebarnya 2 meter bertuliskan huruf jawa menyebutkan angka tahun 1571 Joko Kahiman menghadap ke Pajang. Hubungan kekerabatan antara joko kaiman dan Eyang kalibening yang begitu dekat maka tidak heran jika ada prasasti di komplek makam kalibening. Barangkali sebelum berangkat ke pajang Joko Kahiman meminta restu dan doa kepada gurunya di Kalibening.

Dari paparan yang disampaikan oleh stupa mas di Pendopo Yudanegaran (12/4-2013) dan sumber penelitian Prof. Sugeng Riyadi, Dosen UMP Purwokert o menyebutkan bulan Ramadhan. Tepatnya kalau tidak salah adalah hari rabu sore Joko Kaiman berangkat ke Pajang. Saat itu belum ada mobil ataupun pesawat terbang yang bisa mempercepat perjalanan dinas Joko Kaiman ke Pajang. Tentu butuh waktu berhari-hari bagi orang biasa namun bagi yang memiliki ilmu kanuragan dan kesaktian bisa ditempuh lebih cepat. Satu-satunya alat transportasi yang ada adalah kuda. Dengan kesaktian dan ilmu kanuragan yang dimiliki oleh Joko Kaiman bisa mempercepat perjalanan tapi tentu tidak dalam hitungan jam atau bahkan menit. Barangkali ketika berangkat rabu sore maka hari kamis wage sudah sampai di Pajang.

Perjalanan yang cukup melelahkan yaitu dari Wirasaba menuju Pajang, kebijakan protokoler kerajaan tentu memberikan waktu istirahat sejenak sebelum menghadap ke Sultan Hadiwijaya. Sambutan hangat oleh Joko Tingkir atas kehadiran perwakilan dari kadipaten Wirasaba membuat rasa tenang pada diri Joko Kaiman. Joko Tingkir meminta maaf kepada keluarga besar kadipaten Wirasaba dan sebaliknya Joko Kaiman juga menceritakan keadaan terkini di Wirasaba.

Dalam benak hatiku bertanya, Apakah ia langsung di wisuda pada hari tersebut oleh Sultan Hadiwijaya yaitu hari kamis wage ? atau mungkin menunggu sehari yaitu Jumat kliwon yang dianggap keramat bagi orang jawa ? Dalam pelantikan atau pemberian Surat Kekancing  oleh Joko Tingkir, tentu tidak sembarang waktu. selain menunggu saksi dari jajaran kabinetnya yaitu Patih dan pejabat kerajaan serta harus di saksikan oleh rakyat.

Pada saat itu Pajang adalah merupakan kerajaan islam setelah sebelumnya ada kerajaan Demak. Dan kita ketahui bahwa hari Jumat adalah hari raya bagi orang Islam yaitu dengan adanya sholat  jumat di Masjid raya Pajang. Ataukah barangkali joko kaiman di lantik menjadi Adipati Wirasaba yang bergelar Wargautama II setelah usai sholat Jumat ? bagaimana ceritanya saat pertama kali Kadipaten Banyumas itu benar-benar berdiri di sebelah barat pasinggangan yang terdapat Pohon Tembaga? mau tahu kelanjutanya…  saksikan dalam episode selanjutnya di Penelusuran Kontroversi Hari Jadi Banyumas…  Met berakhir pekan sobat kompasianer…. Salam hangat dari desa ^_^

Purwokerto, Minggu Pahing 28 April 2013

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun