Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Memilih

27 April 2011   12:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:20 95 0
Proses tawar-menawar bagi para pelaku pasar bersifat wajar. Cara yang ampuh sebagai sistem pengendali uap dapur. Sebagai konsumen, salah satu contoh penerapan prinsip ekonomi ini adalah pilihan tepat. Naas bagi penjual, menu makan mereka sangat ditentukan oleh keputusan mereka sendiri saat menerima tawaran. Apalah itu, ini pelajaran.

Memilih (harfiah) berarti menunjuk satu atau lebih dari semua tawaran yang tersedia. Tawaran (satu atau lebih) yang ditunjuk biasanya akan menjadi pedoman seseorang untuk melangkah. Dengan arti lain, Salah pilih berarti salah langkah.

Manusia memang selalu berhak atas hidupnya. Memperoleh semua yang mereka inginkan, mendapat kebahagiaan,  mempunyai kekuasaan, memiliki otoritas pribadi serta meraih sukses dalam hidup. Tapi seringkali manusia disudutkan pada sebuah peluang yang begitu kecil, sangat kecil dan semakin sempit sampai tak tahu harus berbuat apa.

Peluang yang kecil memang lebih baik dari pada non-peluang. Solusi terbaik adalah memanfaatkan peluang sekecil apapun sebaik mungkin. Setidaknya seseorang harus berani memilih untuk merubah diri, bangkit dan bertahan hidup. Ah, apa iya semudah itu?

Pada kenyataanya, dunia selalu menawarkan dua pilihan. Hidup mati, sehat sakit, kaya miskin, pria wanita, dan lain-lain semacamnya. Termasuk hasil akhir dari setiap perjuangan manusia. Berhasil atau gagal.

Berhasil atau gagalnya perjuangan manusia sangat ditentukan oleh seberapa besar keinginan mereka untuk berhasil dan seberapa giat mereka berjuang. Sisanya adalah tentang seberapa yakin Tuhan akan menjawab semua keinginan dan perjuangan mereka.

Sikap optimis menggiring imajinasi manusia pada sebuah keberhasilan. Walaupun banyak dari mereka hanya sekedar jaga gengsi, semata-mata hanya karena tidak ingin orang lain tahu bahwa sebenarnya mereka telah gagal. Pesimis bukan berarti bayang-bayang kegagalan. Tapi berpikir jauh kedepan tentang resiko terburuk apa yang akan terjadi jika pada saatnya suatu usaha berakhir dengan kegagalan.

Bukankah adanya polisi gadungan akibat tumbuhnya optimisme untuk jadi seorang polisi? Simak lagi kasus bunuh diri akibat gagal jadi dokter, stres karena tak kunjung mendapat gelar profesor, ataupun si Udin yang siap melompat dari ujung menara sutet karena gagal mendapatkan cinta si Inem.

Dengan kata lain, Optimisme adalah paham yang dapat membunuh manusia secara halus melalui proses keyakinan yang sembrono. Pesimispun definisinya hampir serupa. Jadi, struktur penempatannya bagaimana?  Mana yang lebih menjadi prioritas? Optimis atau Pesimis?

Mendapat sejumlah pilihan dan harus memilih, memang jadi kesulitan manusia dalam berpikir. Bahkan beberapa diantaranya beranggapan bahwa dunia seperti telah menyusut. Terminologi tersebut bila ditelisik dari sudut pandang bahasa ialah pengelompokan atau proses penyaringan atas perbendaharaan kata yang begitu luas. Sebagaimana manusia dihadapkan pada pilihan kalimat yang harus dipilih, yang setiap kalimat hanya mengandung satu tujuan tertentu. Walaupun selalu ada penjelasan lanjutan dibalik sebuah pilihan. Tetapi pilihan tetap pilihan.

Kasus tersebut sangatlah membatasi kinerja otak kiri, terkadang harus mengabaikan hati nurani. Tapi, ya seperti inilah kehidupan. Sifat dan tingkah lakunya memang selalu mengundang pro dan kontra. Gelagatnya tidak pernah bisa diprediksi apalagi dikendalikan. Kadang yang baik menjadi buruk, yang buruk terlihat baik, buruk bertambah buruk, atau bahkan yang terbaik bisa langsung nyungsep ke posisi paling buruk sekalipun tanpa melalui penurunan tahap yang semestinya.

Siapa yang salah? Tuhan? Manusia? Atau justru keberlangsungan hidup itu sendiri?

Apa yang diberikan Tuhan memang nyaris tanpa interupsi. Sempurna atau tidak, Tuhan tak mau tahu. Yang penting manusia bisa hidup. Masalah miskin atau kaya, sehat atau sakit, itu kan tergantung bagaimana suatu kaum merubah nasibnya sendiri. Lantas, bagaimana ya manusia bisa merubah nasibnya sendiri? Lha wong hidup begini-begini saja, malah miskin dan sakit-sakitan.

Masalah nasib atau jalur-jalur kehidupan memang bukan porsi manusia untuk memetakannya. Manusia hanya diminta untuk menganalisa, memilih, memelihara dan bertanggung jawab atas jalur hidup yang mereka pilih. Kalau tersesat ya memohonlah pada yang membuat peta agar diberikan jalan yang benar. Kalau sudah merasa benar, bukan berarti jalan itu tidak berkerikil. Menghadapi lubang ditengah jalanpun bukan berarti tersesat. Jadi jangan disalahtafsirkan.

Yang kita perlukan hanyalah dasar pijakan untuk hidup sewajarnya, berbicara seadanya, dan berbuat sepantas-pantasnya. Diam bila perlu. Karena memang tidak ada yang bisa kita perbuat, selain meminta dan berharap. Semua sudah diatur. Jadi, menurutlah pada semua yang memang sudah tertata rapi.

Hiduplah sebagaimana air mengalir. Keluar dari mata air dalam keadaan suci, walaupun kesucian itu harus berubah menjadi kedengkian, keserakahan, kemunafikan, kebodohan, bahkan mungkin kesengsaraan. Akankah kembali suci? Tidak. Karena kodratnya, air mengalir dari hulu ke hilir dan tidak akan pernah kembali ke hulu. Air hantaman arus pada bebatuan sepanjang hulu dan hilirpun kadang membuat riuh, seakan air berteriak. Dan tidak pernah terbayang, bagaimana jika mereka harus terjun dari ketinggian puluhan meter.

Manusia memang bukan air yang mudah untuk digerakkan. Tapi keduanya sangat mudah untuk terbawa arus. Walaupun manusia lebih diuntungkan oleh kepemilikan akal sehat untuk memilih. Tapi bagi air, semua tanpa pilihan, dan memang bukan pilihan, tapi perintah.

Saya pribadi, setiap masalah yang saya hadapi adalah pilihan sebagai -- penggeledahan jiwa. Selagi pilihan itu belum berubah jadi perintah, dan selagi perintah belum berubah jadi kemurkaan, saya akan memilih untuk berintrospeksi terhadap setiap masalah yang ada. Biarpun nggak ada jalan keluar, nggak apa-apa. Yang penting saya sudah menghargai tawaran-Nya. Karena Allah memberikan berbagai pilihan masalah kehidupan pasti bukan tanpa alasan.
AlasanNya apa? Nanti kita tanyakan setelah kita masuk surga, amin.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun