Saya ambilkan contoh, 'ada seorang gadis cantik sedang mengendarai mobil mewah, sedang uring-uringan di jalan dengan ugal-uagalan. Dia melihat tukang ojek/becak di pinggir jalan sedang asyik menikmati tidur nyenyak , bahkan sempat bermimpi lagi. Dengan decak kagum, gadis cantik itu menganggap si tukang becak sangat bahagia dapat menikmati tidur dengan kondisi seperti itu dibawah terik matahari lagi. Namun sebaliknya, si abang becak juga mengira bahwa si gadis cantik yang bergelimang kemewahan juga sangat behagia, karena meiliki materi yang berlimpah. Ternyata keduanya juga tidak bahagia.
Namun penelitian yang dilakukan oleh Universitas Wisconsin ( http://health.kompas.com [disni].)   menyebutkan bahwa orang yang rajin ibadah bikin hidup lebih bahagia. Kebahagiaan erat hubungannya dengan ibadah seseorang. Tentunya ibadah dengan benar dan baik. Bukan sekedar menuntaskan kewajiban to' yang tidak berpengaruh pada jiwa. Ketika seseorang sudah beribadah, namun merasa tidak bahagia juga, ada yang salah dalam ibadahnya. Yang dilakukan adalah bukan menyalahkan ibadahnya, namun pola pelaksanaan ibadah tersebut yang salah dan tidak sesuai dengan nilai spiritual yang dibutuhkan jiwanya.
Dalam hal kehidupan, manusia pasti membutuhkan nuansa spiritual yang memang sesuatu intrinsik dalam diri setiap insan. Kebutuhan spiritualitas tersebut difasilitasi oleh Allah berupa sebuah ajaran agama dengan jalan ibadah menuju-Nya secara benar, melalui wahyu yang diberikan kepada para Nabi. Allah sebagai Pencipta manusia, tentunya Yang Paling Tahu perangkat kebutuhan ciptaan-Nya. Sama seperti seorang tukang yang membuat sesuatu, pasti dia tahu kebutuhan buatannya tersebut. Oleh karena itu, ibadah yang benar juga pasti yang sesuai dengan 'ajarannya' melalui wahyu yang disampaikannya. Bukan ngarang-ngarang.
Selamat menjalankan ibadah dengan benar dan pasti....kita akan mendapatkan kebahagiaan. Kalau gak, pasti ada salah dengan cara ibadah kita.
salam bahagia.