Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Kaya-Miskin: Ukuran Nurani

5 Juli 2010   12:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:05 148 0
 

Saya yakin di jaman global ini ukuran kaya seseorang pasti dilihat dari banyaknya harta yang dimiliki, mobil yang dipelihara, rumah yang mewah, villa yang dipunya, mansion yang disewakan, perusahaan yang dimiliki, jam tangan yang dipakai, dst, dst. Semuanya serba matari yang menjadi ukuran. Terlepas kepemilikan harta tersebut diperoleh dari jalan 'haram' atau bukan. Udah gitu, kedekut lagi (pelit), bol kuning, kata orang Betawi....hahahaaaaa

Menurut ajaran agama, dalam hal ini agama Islam, Baginda Nabi pernah berpesan, bahwa 'kekayaan yang kita miliki sesungguhnya adalah harta yang kita dermakan, sedekahkan, wakafkan, amal jariahkan, dsb'. Lho, harta yang banyak itu di dunia, apakah bukan harta milik kita. 'Bukan?, kata Baginda. "Harta tersebut adalah harta milik ahli waris kita....".

Nah, oleh karena itu, jadilah orang yang cerdas, yaitu orang yang kaya sesungguhnya yaitu orang yang menginvestasikan hartanya di hari akherat dengan banyak bersedekah, infak, wakaf, amal jariah, dsb, (tidak pelit, kedekut, bakhil, bol kuning) sebelum mati. Karena kalau sudah mati, harta yang melimpah ruah tersebut akan menjadi milik ahli waris. Kalau ahli warisnya benar, dapat menjalankan harta tersebut dengan baik, alhamdulillah. Tapi bila mereka pada berebutan?? Saling membunuh, saling berantem, dll, nauzubillah....sudah miskin tersiksa lagi..... 

Jadi, ukuran kaya dan miskin adalah nurani dalam mengolah dan memperlakukan harta benda yang dititipkan Tuhan kepada kita semua. Makanya, jangan pelit dong...itu kan semuanya juga berkat kasih sayang Tuhan kepada kita. Bukan karena kehebatan dan kepintaran diri kita. Ayo, malu dong sama Tuhan....

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun