Lebih lanjut Gaddafi mengatakan bahwa lapangan terbang Meitiga (terletak di pinggir kota Tripoli dan dijadikan sebagai bandara militer Libya) dulunya bernama pangkalan militer Wells yang pernah diduduki secara berturut-turut oleh Italia, Inggris dan AS dan kemudian diusir oleh Kol. Muammar Gaddafi tidak lama setelah revolusi Al-Fateh terjadi. Nama lapangan terbang tersebut berubah menjadi 'Meitiga', yang merupakan nama seorang anak gadis yang meninggal akibat pengusiran tersebut.
Libya termasuk salah satu negara yang berani dan tegas menuntut hak-haknya terhadap negara maju dan besar. Sebuah sikap tegas yang harus ditiru oleh negara lain di dunia. Begitu juga pemimpinnya yang bisa mengatakan 'tidak' kepada siapapun pemimpin di dunia, termasuk kepada AS sekalipun, walaupun akibatnya diembargo. Semua itu tidak menyurutkan untuk tetap bersuara vokal. Apa yang disampaikan Gaddafi pada Sidang MU PBB September 2009 merupakan bukti betapa kepedulian pemimpin Libya tersebut kepada dunia tertindas.
Kesempatan peringatan pengusiran pangkalan militer AS dari Libya tersebut juga dimanfaatkan Kol. Gaddafi untuk mengingatkan dunia Arab agar melakukan hal yang sama dilakukan oleh Libya terhadap pangkalan militer AS. Walaupun tidak menyebutkan negara Arab tersebut, tapi dapat diketahui negara-negara mana saja yang hingga saat ini maih memberikan kebebasan kepada tentara AS bercokol di kawasan tersebut.