dengan cukup terhormat
sehingga karenanya sepi itu
bertransformasi menjadi pengkhianat
yang menggunting kita dalam lipatan
sering tak kita hargai luka
sebagaimana mestinya
sehingga sang luka ber-evolusi
menjadi bahagia yang pura-pura
sering tak kita pahami rasa bersalah
dengan hikmah yang apa adanya
sehingga menjelma ia sebagai pelajaran
yang tak diujiankan
kadang-kadang sepi, luka, dan rasa bersalah
bersekongkol memperlakukan kita
setingkat anak ingusan yang sekali lagi
jatuh cinta kepada masa lalunya