1. Hamka: Taubat menurut Hamka, seorang ulama terkenal dari Indonesia, adalah proses sadar dan tulus meninggalkan dosa serta berkomitmen untuk memperbaiki diri dalam segala aspek kehidupan. Menurut Hamka, taubat juga harus disertai dengan penyesalan yang mendalam atas dosa-dosa yang telah dilakukan dan tekad yang tulus untuk tidak mengulanginya.
2. Plato: Plato adalah seorang filsuf Yunani Kuno. Menurut Plato, taubat berarti pembebasan jiwa dari ikatan keinginan materi dan kemunduran moral. Taubat menurut Plato berfokus pada pemurnian jiwa dan pencarian kebijaksanaan serta pemahaman yang lebih dalam.
3. Al-Khawarizmi: Al-Khawarizmi adalah seorang matematikawan, ahli astronomi, dan geografer Muslim pada masa kejayaan Islam. Meskipun tidak secara khusus membahas taubat, pemikiran Al-Khawarizmi berfokus pada penelitian matematika dan ilmu alam. Oleh karena itu, pandangannya terkait taubat mungkin lebih terkait dengan proses penalaran dan pemahaman dalam merubah kehidupan.
4. Al-Ghazali: Al-Ghazali adalah seorang filosof, cendekiawan, dan sufi terkenal dalam tradisi Islam. Menurut Al-Ghazali, taubat adalah perjalanan batiniah yang melibatkan introspeksi, penyesalan, dan penyucian jiwa dari dosa dan kesalahan. Taubat menurut Al-Ghazali juga melibatkan pemahaman dan pengalaman spiritual dalam mendekatkan diri kepada Allah.
5. Ibu Sina (Avicenna): Ibu Sina adalah seorang filosof dan ilmuwan abad pertengahan yang sangat berpengaruh. Bagi Ibu Sina, taubat adalah proses pemurnian jiwa melalui pengetahuan dan pemahaman yang dalam. Ia menekankan korelasi antara taubat dan pemahaman tentang hakikat keberadaan serta filsafat kehidupan.
Pandangan dan pemahaman taubat dari tokoh-tokoh di atas memiliki perbedaan sesuai dengan disiplin ilmu dan konteks budaya serta agama yang mereka anut. Meskipun demikian, kesamaannya adalah bahwa taubat adalah proses perbaikan diri yang melibatkan penyesalan, introspeksi, komitmen, dan pemahaman yang lebih baik tentang hidup.