Keteduhan masjid ini memayungiku sedari tadi, membersamai kelembutan suara tilawah lirih yang berpadu dengan hembusan angin yang malu hingga mencipta sebuah melodius yang begitu religius. Lantai yang dingin menghancurkan segala amarah, gundah serta rasa menyerah dan menggantikannya dengan sikap pasrah pada yang Maha Indah. Aku memilih bersandar di salah satu tiang masjid bagian luar, menikmati kesegaran angin yang bercanda dan mengembalikan tulang-tulangku pada posisinya.
KEMBALI KE ARTIKEL