"Jalan itu musnah, kakak" Debi berteriak kepadaku. Aku terkesima, memang jalan di muka langkah kami seperti tiba tiba lenyap. Ruang terbuka di depan tubuh kami hanya menjadi belukar hijau yang bau daunnya menyengat segar. "Kemarin ada, kok?" jawabku menengarai keheranan. Kupandang Debi menghampiri semak hijau terang, menyentuh dengan telapak tangannya. "Ada embun tebal yang terlapis, kakak" bisiknya halus. Aku tak menyahut hanya memandang daun daun yang basah berkilat.
KEMBALI KE ARTIKEL