Semenjak itu mata Luna melihat kejauhan yang tak terlihat. Mata indah bola pingpongnya memahami yang dulu pernah  ditolaknya mati-matian. Dia begitu telanjang dan terbuka.
No time to run, no place to hide. Luna, barangkali tiba di anomali mile stone, bahwa hukuman seumur hidup lebih berat dari hukuman mati. Â Membiarkan mendung matanya membasahi kedua pipinya, dari balik panggung yang selesai untuk kembali kepanggung esok, lusa dan selanjutnya lingkar fajar yang bertahun.
KEMBALI KE ARTIKEL