Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Kota para Wali – Kudus

11 Juli 2010   06:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:56 938 0
[caption id="attachment_190903" align="alignnone" width="225" caption="Menara Kudus"][/caption]

Pagi ini kita janjian jam 7-an di pos polisi depan Terminal Terboyo, dan ini akan jadi kali pertama gw menjejakkan kaki di terminal Terboyo. Berangkat jam ½ 7 dari Kos, dan beruntung karena dari depan RS. Kariadi ada bis kota yang langsung dengan tujuan terminal, jadi ga terlalu ribet d. setibanya di terminal, telp Danang (temen perjalanan bareng, semalam kita dah janjian ketemu) bahwa gw dah nyampe, dan ternyata dia masih di perjalanan. Jadi dari pada bengong, iseng nyari tempat duduk yang lumayan ‘aman’ dan beli Koran. Ga berapa lama, Danang dan Lukas menghampiri (setelah telp konfirmasi dimana keberadaan gw, dan meyakinkan bahwa gw orang yang tepat, secara kita ga pernah ketemu secara fisik sebelumnya, Cuma melalui forum CS aja) dan kitapun langsung kenalan. Ada 2 orang lagi niy yang belum ketemu, dan mereka berada di seberang RS. Sultan Agung, jadi yang dimaksud dengan pos polisi di depan terminal itu adalah di sebrang RS. Sultan aAgung, secara terminalnya berada persis di belakang RS. Setelah kita berlima berkumpul, sedikit ngobrol2 dan iseng gw nyeletuk aja, ‘kita nanti nglewatin Demak dan Kudus ga??boleh mampir ke sana dulu ga, secara masih kepagian juga kalo sekarang langsung main di pantai’, yang langsung semangat nyautin adalah Dewi, dan yang lainnya Cuma ‘liat aja nanti’. Tak berlama2 kita langsung ni mo nyari bis (ternyata gada yang tau juga mo naik bis apa), jadi kita nunggu di pinggir jalan, yang diyakini oleh mereka (sebagai para warga Semarang asli) sebagai jalan keluar bis dari terminal. Nunggu tanpa kejelasan, akhirnya seorang kondektur angkot nanya kita mau kemana, dan setelah ngobrol ma si kondektur, barulah kita tau, kalo bis arah TImur ga keluar melalui jalan itu, tapi lewat jalan belakang yang nantinya tembus di sisi yagn lebih timur dari jalan itu….walhasil akhirnya kita kembali menuju ke dalam terminal, dan menemukan sekumpulan bis yang lagi nunggu muatan. Ada beberapa tujuan kota, dan masih pada dilemma mo kemana, jadi gw keukeuh maksa untuk mampir ke kudus dulu, mumpung ada bis AC tujuan ke kota Kudus, dibanding bis ke Jepara. Akhirnya setelah tanya2 ongkos bisnya, kita naik ke dalam bus AC ekonomi yang akan lewat Kudus. Horreeee pagi ini kita akan ke Kudus dulu, dengan tarif Rp. 6.000. Menjelang keberangkatan bis mencapai jalan raya, kita dah di cegat beberapa pengamen yagn rada ‘maksa’ dan itu lumayan ngabisin recehan di dompet (sial ni…). Perjalanan Semarang – Kudus sekitar 1,5 jam dan melewati Demak, sayang kita ga bisa mampir disini (padahal mo liat masjid Agung Demak yang masyur itu).

Kota kudus terletak 51 km timur kota semarang. Disebut juga Kota para Wali, karena 2 dari 9 wali (wali songo) berasal dari Kudus. Selain disebut kota para wali, kota kudus juga terkenal dengan sebutan kota ‘kretek’, karena kota kudus merupakan penghasil rokok ‘kretek’ terbesar di Indonesia, terbukti dari aroma ‘kretek’ yang kental sempat tercium saat kita berjalan2 di kota Kudus.

Sejarah Kota Kudus tidak terlepas dari Sunan Kudus hal ini di tunjukan oleh Skrip yang terdapat pada Mihrab di Masjid Al-Aqsa Kudus ( Masjid Menara), di ketahui bahwa bangunan masjid tersebut didirikan pada tahun 956 H atau 1549 M. Mengenai asal usul nama Kudus menurut dongeng / legenda yang hidup dikalangan masyarakat setempat ialah, bahwa dahulu Sunan Kudus pernah pergi naik haji sambil menuntut ilmu di Tanah Arab, kemudian beliau pun mengajar pula di sana. Pada suatu masa, di Tanah Arab konon berjangkit suatu wabah penyakit yang membahayakan, penyakit tersebut menjadi reda berkat jasa Sunan Kudus. Olek karena itu, seorang amir di sana berkenan untuk memberikan suatu hadiah kepada beliau, akan tetapi beliau menolak, hanya sebagai kenang-kenangan beliau meminta sebuah batu. Batu tersebut menurut sang amir berasal dari kota Baitul Makdis atau Jeruzalem (Al Quds), maka sebagai peringatan kepada kota dimana Ja’far Sodiq (Sunan Kudus) hidup serta bertempal tinggal, kemudian diberikan nama Kudus. (dikutip dari kudus.multiply.com).

Setibanya di terminal luar kota Kudus, kita langsung di cegat beberapa kondektur angkot. Beruntung Dewi punya teman di kota ini,jadi dia telp dulu untuk nanya ancer2 tujuan perjalanan kita. Jujur kita ga punya plan apa2 di Kota ini, dan gw Cuma mo liat ‘Menara Kudus’ yang fenomenal itu, yang merupakan peninggalan para Wali SOngo. setelah dapat ‘pencerahan’ dari Ibu Mili temennya Dewi, kita menuju tempat yang bernama ‘dept.store Matahari’ (hahahaa….kayanya bersinar di mana2 ni dept.store) agar bisa meneruskan naik angkot menuju Menara Kudus. Dari terminal luar kota kita naik angkot, Dengan membayar ongkos sebesar Rp. 3.000/orang kita turun persis di depan tangga escalator naik menuju Dept.Store, tapi kita ga masuk, karena ada beberapa security dan mas2, jadi kita bisa langsung nanya kalomo ke menara gimana caranya. Ada seorang mas2 yang ‘sangat’ membantu memberi petunjuk jalan, tapi karena dah lapar jadi kita memutuskan untuk makan dulu sebelum ke menara kudus.berdasarkan info dari Dewi , di kudus terkenal dengan ‘soto kerbau’ jadi kita kudu cari tuh makanan yang enak. Menurut rekomendasi si ‘mas2’ tersebut, ada sebuah warung soto yang enak di pasar, tak jauh dari situ, maka dengan petunjuk darinya, kita langsung menuju sasaran, tapi apa daya, yang ada kita kebingungan di tengah pasar tanpa menemukan warung soto kerbau, akhirnya kita Tanya ma orang2 dipasar. Mereka merekomendasikan warung soto di seberang SPBU, dan berbondong-bondonglah kembali kita keluar pasar.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun