Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Jujur Itu (Memang) Hebat!

16 Juni 2011   08:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:27 130 0
Saya membaca Kompas.com hari ini (Kamis/16 Jun 2011), Koalisi Masyarakat Pendukung Kejujuran berkumpul memberikan apresiasi & dukungan untuk Ibu Siami. Acara tersebut dihadiri oleh Yenny Wahid, Imam Prasodjo, Fahmi Idris, Todung Mulya Lubis & tokoh masyarakat lainnya.

Nama Ibu Siami tentu bukan nama yang asing lagi di telinga kita, ibu dari seorang anak bernama Alif (13) yang menyatakan dengan kejujuran adanya fakta kecurangan pada saat UN di SD Gadel II Tandes-Surabaya,yang kemudian kita ketahui sebagai insiden "menyontek massal". Saya sendiri sangat mengapresiasi & mendukung tindakan Ibu Siami. Sampai hari ini saya masih terkaget-kaget sekaligus bingung mendengar manakala ada orang yang menyatakan kejujuran tapi reaksi masyarakat khususnya dalam hal ini para wali murid malah "mengusir" orang itu. Masyarakat kita sedang sakit ! Masyarakat kita sudah sampai pada titik nadir krisis moral !

Kalaupun berita terakhir menyatakan masyarakat sudah mengkehendaki Ibu Siami kembali, itu tidak serta merta menandakan bahwa masyarakat sudah "sembuh". Bukan saya mau berprasangka buruk, tapi biasanya masyarakat yang sakit itu langsung berusaha merubah reaksi mereka, itu yang termudah & tercepat demi menyelamatkan citra serta meredam kasus tersebut, apalagi disorot media sedemikian rupa. Penyakitnya itu sendiri tidak tersentuh sama sekali.
Seharusnya Pemerintah mengambil tindakan konkret untuk menjadikan momen ini sebagai momen untuk menciptakan good governance. Respon Menteri Pendidikan lebih kliatan seperti fire fighter saja, bukan mendalami kasus ini mengapa sampai terjadi? Apa yang harus dilakukan supaya masyarakat menjadi masyarakat yang jujur? Permasalahannya bukan berhenti hanya pada "apakah benar terjadi contek massal" dengan memeriksa jawaban anak-anak saja. Saya juga tidak setuju jika kita menyalahkan UN & mentolerir terjadinya berbagai usaha untuk meluluskan anak didik. UN memang harus dievaluasi, UN seharusnya hanya menjadi indikator kualitas pendidikan di tiap jenjang. Kalaupun mau diberikan porsi menentukan kelulusan seharusnya persentase bobotnya tidak sebesar sekarang. Terlepas dari permasalahan UN tersebut, instruksi yang disampaikan oleh guru di SD Gadel II Tandes itu kepada Alif jelas-jelas sudah meracuni generasi muda. Jangan salahkan jika kemudian muncul statement miring, misalnya : guru saja memberikan instruksi untuk saling "membantu" dengan mengatasnamakan kebaikan kepada yang lain, yang penting kan hasil akhirnya bagus. Sekolah sebagai benteng pertama untuk mendidik generasi muda sudah hancur ! Yang terjadi hanya result oriented bukan lagi process oriented.
Dimulai dari anak-anak usia sekolah yang merupakan generasi yang akan datang itulah terletak masa depan negara ini nanti mau jadi apa, supaya di masa mendatang negara kita terkenal tapi terkenal karena korupsinya. Jika Nazaruddin & Nunun Nurbaeti merasa jujur & bersih, sekarang mereka sudah pulang & datang ke KPK. Yang terjadi, kalau masih ada kesempatan untuk meloloskan diri dengan bersilat lidah & kabur, ya mending kabur...PD sebagai partai pemenang Pemilu dimana Nazaruddin jadi bendaharanya juga bersikap muter-muter alias ngeles, tidak sinkron seperti yang dicitrakan SBY sendiri yang akan memerangi korupsi.

Mungkin benar yang dibilang orang, negara kita sudah terjebak pada budaya pencitraan, trus apa gunanya kita mengaku beribadah kepada Tuhan? Buat pencitraan sajakah?...
Ayo jangan "JUJUR ITU HEBAT" hanya jadi slogan belaka, Tuhan mengajar kita untuk jujur bukan? Jangan takut jujur, jika kita tidak berani jujur itu sama saja kita memungkiri Tuhan. Mulailah dari diri kita masing-masing, mulailah sekarang juga & mulailah dari hal yang kecil di kehidupan kita sehari-hari.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun