29 Mei 2021 01:30Diperbarui: 29 Mei 2021 01:368211
(soreang ngalangkang)
di jalak harupat kulipat-empatkan kacidasonohayangku tuk memutari sorenya soreang sareng anjeun berjalan di sepanjang bekas rel tua terbenam bersama semilir angin langit gunung bandung selatan nyusuri guratan wajahmu yang nempel di dedauan merunduk di bebatuan
di remang soreang kurantangkan reumbay cimatareangmu kacidasonohayangku mekarkan bunga melati layu menghidupkan bolam-bolam lampu menghentikan putaran waktu di daki kaki resahku engkau istirahkan kebisuanmu
selayang pandang sorenya soreang membayang datangnya malam ada bulan melayang di sangga temaram kunang-kunang gantikan letihnya mentari keringkan baju purba nurani perjalanan kitapun sunyi baru dimulai sembunyi nutupi jendela mimpi yang tak terkunci unggun nyala belum mati kabut cepat sekali kerumun kemari seperempat duka tercecer dalam bara bakaran jagung dan kita terus menghitung gemintang yang menggelantung
sempat kauucapkan bahwa perjalanan kita tak perlu diteruskan tak ada loko kereta mau menggendong derita senja kelana tak ada angkota hijau muda mau mengangkut jejak keranda jika malam ini kita masih tetap duduk di pertigaan sepi karena pasar malam pun sudah tak bertikar lagi yang ada hanyalah tukang sulap di punggung kita yang sedang lelah menyeka keringat tipu dayanya di bawah tiang lampu kota yang kuning nyalanya
dari lengangnya soreang kulipatgandakan kacidasonohayangku nuju kopo sayati hingga engkau minta agar kita berhenti di sini kutakbisa dengarkan lagi suara hati karena hanya sekali sangsi kutakhendak menaruh beratnya setia di beban pundak yang luka dan engkau berkata lagi:"bams, perjalanan kita mengular naga ku juga tak sanggup keluarkan lara, dari terali penjara kenangan indah kita". lalu engkau minta kembali gambarmu yang sudah lima tahun lamanya kusimpan di dompet bututku ini tapi tanaman perdu cintamu telah terlanjur menyebar membelukar akar-akarnya saling jalin menjalin - lilit membelit di tali leher sukmaku di jeruji nadi hatimu
dari soreang sampai di kopo sayati ada sakit menggigiti hati bukan dari akibat saling menyakiti, tapi karena saling mencintai dan, aku hanya bisa merintih perih bertanya lirih: "rhei, mengapa kisah cintaku selalu berakhir begini ?". tak ada sauran bisik jawabmu selain menggigilnya hati dari balik kelambu jendela rumahmu engkau lambaikan tanganmu oh, samar kumelihati hatimu kuyu mengapa diburami kabut isakan tangismu ?
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.