Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Mencari Cinta.....

18 Maret 2012   08:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:53 214 0
Refleksi Kebeningan hati

Mahabah

Cinta adalah kecenderungan permanen yang dialami oleh kalbu

Cinta adalah sikap memprioritaskan orang yang dikasihi lebih dari semua teman.

Cinta ialah menuruti kemauan yang dicintai, baik di hadapannya maupun di belakanganya.

Cinta adalah kesamaan kehendak, Cinta ialah menyajikan pelayanan disertai dengan menjaga kesucian.

Cinta ialah banyak berkorban untuk sesuatu yang dicintai dan enggan merepotkan.

Cinta ialah bilamana kalbu seseorang selalu ingat kepada yang dicintainya.

Dalam sebuah hadits disebutkan: “Kecintaanmu kepada sesuatu akan membuatmu buta dan tuli.”

(Diketengahkan oleh Ahmad melalui Abu Darda’ dalam kitab Musnad-nya dan Abu Dawud dalam kitab al-Adab-nya)

Al-’Alaqoh (ketergantungan)

Al-’Alaqoh berakar dari kata al-’alaq alias gantungan, memakai wazan al-falaq, merupakan salah satu dari nama lain cinta. Al-Jauhari telah mengatakan bahwa al-’alaq juga merupakan nama lain dari cinta.

Dikatakan nazhrotun min dzil-’alaq artinya pandangan dari orang yang jatuh cinta. Ibnu Daminah mengatakan dalam sebuah bait syairnya:

Ingin rasanya hatiku melupakanmu, tetapi apa daya

ketergantungan hatiku kepadamu telah mengakar sejak lama

Terkadang dibaca dengan lam fi’il yang dikasrahkan hingga menjadi al-’aliq; dikatakan ‘aliqa hubbuha bi qolbihi artinya kecintaan kepadanya telah terpaut dalam kalbunya.

Cinta disebut hubungan, karena kalbu orang yang bersangkutan telah terpaut kepada si dia. Sorang penyair bernama Al-Mirar Al-Faq’asi telah mengatakan dalam bait syairnya:

Apakah karena keterpautan hatimu dengan Ummul Wulaid,

padahal semua rambut kepalamu yang hitam telah berubah menjadi putih?

Al-Hawa (kecenderungan hati)

Kecenderungan hati kepada sesuatu disebut al-hawa. Bentuk kata kerjanya ialah hawiya, yahwa, hawan, semisal dengan ‘amiya, ya’ma, ‘aman. Berbeda halnya jika dikatakan hawaa yahwi dengan ‘ain fi’il yang difat-hahkan, maka artinya jatuh, bukan cenderung; bentuk mashdarnya al-huwiyyu dengan ha yang dibaca dhammah.

Al-hawa berarti pula diri sang kekasih, seperti yang disebutkan dalam ucapan seorang penyair:

Sesungguhnya wanita yang mengira bahwa hatimu telah bosan kepadanya

dirimu pun telah diciptakan sebagaimana dirinya diciptakan

Pendapat yang lain mengatakan bahwa bila hawa fulanah hawaahu, artinya si Fulanah adalah wanita yang disukai dan dicintainya. Kebanyakan kata al-hawa digunakan untuk menunjukkan makna cinta yang tercela, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:

Dan adapun orang-orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal[nya]. (QS An-Naazi’aat [79]: 40-41)

Menurut pendapat yang lainnya lagi, bahwa sesungguhnya hawa nafsu disebut al-hawa tiada lain karena ia menjerumuskan pelakunya. Akan tetapi, ada kalanya digunakan dalam pemakaian yang terbatas untuk menunjukkan makna cinta yang terpuji, seperti yang terdapat dalam sabda Nabi saw. yang mengatakan:

Masih belum beriman seseorang di antara kamu sebelum kecenderungannya mengikuti apa yang disampaikan olehku.

(Diketengahkan oleh Al-Baghawi dalam Syarhus sunnah 1/213, Attabrizi dalam Misykatul Mashoobih 167, Ibnu Abu ‘Ashim dalam As-Sunnah 1/12, Al-Muttaqil al-Hindi dalam Kanzul ‘ummal 1084, Ibnu Hajar dalam Fat-hul Bari 13/289, dan Al-Khotib dalam Tarikh Baghdad 4/369)

Ash-Shobwah (Kerinduan)

Ash-shobwah dan ash-shibaa termasuk nama lain dari cinta juga. Dalam kamus Ash-Shihah disebutkan bahwa ash-shibaa termasuk nama lain dari rindu. Dikatakan tashoobaa, washoban, yashbuu shobwatan, dan shubuwwan maknanya cenderung pada kebodohan. Ashbat-hul jaariyah artinya gadis itu telah membuatnya seperti orang bodoh. Shobiya shoba-an semisal dengan sami’a samaa’an (mendengar), artinya dia bermain-main bersama anak-anak kecil.

makna asal lafazh ini ialah cenderung. Dikatakan shobaa ilaa kadzaa artinya dia cenderung kepada anu. Shobwah diartikan demikian karena pelakunya cenderung pada wanita yang muda. Bentuk jamaknya ialah shobayaa, seperti mathiyyah (tunggangan) yang bentuk jamaknya ialah mathooyaa. At-Tashoobii artinya dilanda kerinduan, seperti at-tamaayul (kecenderungan) dan seterusnya.

Cinta merupakan anugerah yang tak ternilai dan itu di berikan kepada makhluk yang paling sempurna, manusia.

Cinta tidak dapat diucapkan dengan kata-kata, tidak dapat dideskripsikan dengan bahasa apaun.

Cinta hanya bisa dibaca dengan bahasa cinta dan juga dengan perasaan.

Keseimbangan alam ini terjaga berkat adanya cinta dari seluruh mahluk yang ada di alam semesta

Cinta suami istri, Cinta orangtua pada anaknya,

Cinta sepasang kekasih yang tulus karena Allah,

Cinta pada nilai nilai kebenaran, kemanusiaan, keindahan, keadilan dan keabadian.

Cinta adalah perasaanyang universal, tak mengenal gender, usia, status, suku ataupun ras.

Cinta adalah perasaan hangat yang mampu membuat kita menyadari betapa berharganya diri kita,

dan adanya seseorang yang begitu berharga untuk kita lindungi.

Cinta selalu menjadi tema besar peradaban ummat manusia

Berbagai bangunan megah dunia  seperti Taj Mahal, Piramid, Candi, Menara dll pada awalnya dimaksudkan sebagai persembahan dan pembuktian cinta.Belum lagi karya sastra pujangga, puisi dan narasi didominasi tema tema cinta.

Dalam peradaban modern isu dan tema cinta tetap memiliki porsi terbesar, hal tersebut dapat diuktikan dengan judul dan tema lagu hampir disetiap negara. Pada suatu kesempatan acara keagamaan panitia masjid memutar lagu lagu Arab  Ummi Kulsum, banyak orang mengira itu adalah syair da'wah padahal bagi yang tahu artinya adalah rintihan cinta yang mendayu dayu.

Cinta adalah hak asasi ummat manusia,

biarlah dia tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai dan keyakinan yang diimaninya.

Cinta yang suci, baik dan benar selalu mendatangkan maslahat (manfaat) dan sakinah (ketenangan) bagi pelakunya.

Energy cinta itu luar biasa dahsyatnya, memberi rasa peka, senasib sepenanggungan pada pelakukanya, sebagaimana hubungan anak dengan orang tuanya, jamaah dengan guru spiritualnya, istri dengan seuaminya dst.

Dalam cinta ada percaya dan tanggung jawab

Cinta itu menanam dan merawat tidak merusak

Cinta itu kesepahaman dan toleransi

Cinta itu mencerahkan dan mencerdaskan akal

Cinta itu menggairahkan hidup sehingga berlipat lipat produktifitasnya

(Pada akhirnya Matahari selalu mempercayakan bulan untuk menerangi malam.

Dan pria harus mengambil jalannya untuk melindungi orang yang dicintainya.

Ini bukan lelucon apalagi karya sastra ini adalah sebuah imaginasi pria yang mencoba mengartikan cinta yang sesungguhnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun