Minggu malam sehabis hujan mengguyur bumi tempat bernaung musafir akhirat, kumandang takbir adha bergeming menggema, terdengar di setiap sudut penjuru kehidupan. Alunannya mengisi kekosongan otak manusia kolong yang redup yang selalu merindukan matahari, dinamikanya menggetarkan hati, sampai terasa menyayat dan memaksa untuk segera merebahkan diri sejenak dan mengingat dosa per dosa yang telah dilakukan. Meski dari semua takbir yang terdengar, tak seluruhnya melahirkan dampak pemahaman akan yang dilafalkannya, namun takbir tetaplah mengusik hati yang terdalam.
KEMBALI KE ARTIKEL