Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat Pilihan

Fenomenologi dan Sikap Transendental (4)

11 September 2023   00:07 Diperbarui: 11 September 2023   00:15 202 2
Fenomenologi Dan Sikap Transendental (4)

Bagi Kantian sering menggunakan argumen jenis ini dalam filsafat transendentalnya. Transendental secara tepat berarti dalam Kant kondisi-kondisi wajib ada yang diasumsikan dalam subjek yang mengetahui agar pengetahuan secara umum dapat dimungkinkan. Kant menunjukkan, misalnya, kebutuhan akan ruang dan waktu sebagai bentuk intuisi apriori dan kebutuhan akan kategori-kategori untuk pengetahuan tentang pengalaman, karena tanpa mereka, pengetahuan apriori tidak akan mungkin terjadi. Konsep transendental berarti, secara umum, dalam arti "apa yang melampaui" suatu realitas, yang dianggap secara metafisik atau epistemologis. Dalam filsafat skolastik, istilah ini digunakan untuk merujuk pada suatu sifat "keberadaan sebagai ada", suatu sifat yang, karena merupakan milik dalam tingkat umum tertinggi, dan bukan milik entitas partikular ini atau itu, disebut transendental. Kumpulan sifat-sifat "ada sebagai ada" ini disebut sifat-sifat transendental atau, sederhananya, "transendental". 

Doktrin transendental yang dikembangkan khususnya oleh Santo Thomas mempertimbangkan adanya sifat-sifat transendental berikut: entitas (ens), benda (res), satu (unum), sesuatu (cair), benar (verum) dan baik (bonum). Pada era filsafat modern, istilah ini mengalami perubahan penting dalam maknanya, terutama melalui penggunaan istilah tersebut oleh Kant. Dalam Kant, yang transendental akan diasimilasikan dengan pengetahuan yang tidak berhubungan dengan pengetahuan tentang objek, tetapi dengan cara mengetahui objek, sejauh hal ini mungkin dilakukan secara "apriori". Maka yang transendental berhenti menunjuk pada sifat "ada sebagai ada" dan mulai menunjuk refleksi pada elemen "apriori" pengetahuan manusia. Namun, karena Kant telah menggunakan istilah tersebut, dalam banyak kesempatan, sebagai sinonim untuk "a priori" (tidak bergantung pada pengalaman), maka lazim untuk menyebut "a priori" sebagai sesuatu yang transendental.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun