Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Di Mana Ibumu, Nak?

31 Desember 2009   20:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:41 414 0
Di hari Minggu yang cerah itu saya berada dalam kereta api bisnis Fajar Utama dari Yogyakarta menuju ke Jakarta. Terbiasa dengan kelas eksekutif untuk jarak jauh, perjalanan kali ini terasa agak menyiksa. Memang saya paling tidak tahan jika harus menempuh perjalanan berlama-lama. Sebenarnya kondisi kereta sudah cukup nyaman, namun hawa panas yang disebabkan oleh matahari yang terik di luar dan para pedagang yang tak henti-hentinya menawarkan dagangan membuatku tak sabar ingin segera mengakhiri perjalanan kali ini.

Kesabaranku seperti diuji ketika untuk yang kesekian kalinya kereta kembali berhenti entah di mana untuk waktu yang cukup lama. Namun perhentian kali ini lain, karena tiba-tiba bermunculan beberapa anak yang mendekati gerbong kereta. Awalnya saya tidak punya pikiran apa-apa tentang mereka. Tapi beberapa saat kemudian, mereka mulai menggedor-gedor gerbong sambil memanggil-manggil orang-orang yang berada di dalam kereta. Ketika mereka sudah berhasil mendapatkan perhatian, mereka segera menengadahkan tangan-tangan mungil mereka dan berkata, "Bu, uang, Bu!"

Ya, ampun. Ternyata mereka minta uang. Pengemis? Saya rasa tidak. Penampilan mereka tidak lusuh, sama sekali tidak tampak seperti pengemis.  Saya rasa mereka adalah anak-anak yang tinggal di sekitar rel kereta api, yang memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan uang secara gampang sembari mengisi hari libur. Kemungkinan besar justru orang tua merekalah yang mengajari mereka untuk melakukan hal itu. Minimal pasti ada orang dewasa terlibat dalam ide awalnya.

Hal-hal seperti ini benar-benar membuat saya marah. Di mana orang tua anak-anak itu? Apakah mereka tahu apa yang dilakukan oleh anak-anak mereka? Jika ya, kenapa mereka membiarkan mereka meminta-minta uang seperti itu? Kenapa mereka mengajarkan anak-anak mereka untuk mengemis? Kenapa mereka memanfaatkan anak-anak mereka untuk mencari uang? Benar-benar keterlaluan. Dan kepada generasi muda Indonesia penerus bangsa ini saya hanya bisa berkata, "Di mana ibumu, nak?"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun