Aku memberi judul artikel ini Mendambakan Wapres Perempuan, sesuai topik pilihan Kompasiana. Menurutku, jangankan Wapres, menjadi Presiden RI pun, banyak perempuan di negeri ini yang mampu mengembannya.
Hanya memang diakui, yang tampil mengambil peran penting di tingkat nasional, dibanding laki-laki, perempuan masih tertinggal. Cita-cita Kartini, agar peran perempuan bisa sejajar dengan laki-laki di semua lini kehidupan masih harus diperjuangkan.
Puluhan tahun lamanya, masyarakat dibelenggu oleh keyakinan berakar kuat, perempuan tempatnya hanya di dapur, mengurus anak, plus mengurus suami. Padahal perempuan juga memiliki hak untuk mengambil peran yang lebih luas yakni memimpin negeri ini.
Beberapa nama memiliki potensi besar dan sangat mampu untuk menjadi wakil presiden. Nama-nama yang bisa aku sebut diantaranya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Yenny Wahid, Puan Maharani, dan sederet nama lainnya.
Saat ini ada tiga nama yang berpeluang menjadi Cawapres, yakni, Khofifah Indar Parawansa, Puan Maharani, dan Yenny Wahid. Dan yang paling mendapatkan perhatian adalah Khofifah Indar parawansa. Kita tunggu saja apakah Bacapres Ganjar Pranowo atau Prabowo Subianto berani mengambil salah satu perempuan berprestasi itu menjadi Bacawapres pada pemilihan Presiden mendatang.
Data Penduduk Potensial Pemilih PemilPemilu (DP4), jumlah pemilih pada Pemilu 2024, 204.656.053 jiwa tersebar di 38 provinsi. Jumlah pemilih perempuan sangat potensial mendongkrak perolehan suara partai politik maupun calon presiden dan wakil presiden.
Coba lihat datanya, ternyata pemilih perempuan lebih banyak dibanding laki-laki. Pemilih perempuan sebanyak 102.474.462 jiwa, sementara pemilih laki-laki 102.181.591 jiwa.
Realitas ini akan memaksa calon presiden dan wakil presiden untuk mengatur strategi sebaik mungkin guna meraup suara kaum perempuan. Salah satu strategi itu adalah menampilkan calon wakil presiden perempuan.
Kaum perempuan memiliki keunggulan dalam meraup suara melalui saluran yang agak sulit ditembus laki-laki, seperti, majelis taklim, arisan baik di lingkungan RT, RW, maupun arisan yang rutin dilakukan di tempat kerja.Kaum perempuan juga intensif berinteraksi di sosial media.
Politik sendiri dapat dipahami sebagai proses pengambilan keputusan yang bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, dalam kehidupan sehari-hari maupun ruang pribadi seperti keluarga. Pada konteks yang lebih luas, peran perempuan dalam dunia politik sangatlah beragam.
Setiap keputusan politik yang dikeluarkan oleh penguasa, maka akan sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat dimana perempuan sangat berperan di dalamnya. Misalnya, naiknya tarif listrik, tarif PDAM, terlebih harga BBM, akan memukul secara langsung keuangan keluarga.
Perempuan selalu mengambil peran menentukan dalam mengatur keuangan keluarga. Karena itu, dalam konteks yang lebih luas, bila diberi kepercayaan, perempuan bisa mengambil keputusan politik yang berpihak kepada rakyat.
Maka, kita tunggu saja beberapa hari ke depan, apakah muncul sosok perempuan yang menjadi kandidat Calon Wakil Presiden RI pada Pemilu 2024 nanti. Berharap munculnya sosok pemimpin perempuan yang tangguh dan diterima oleh semua kalangan adalah wajar dan realistis. Semoga saja.