Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Silaturahim Polri TNI dan Masyarakat (Part 1)

21 Februari 2011   15:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:24 2312 3

Minggu, 20 Januari 2011, sebuah acara yang jarang terjadi, yaitu Silarurahim antara Polri TNI dan masyarakat, khususnya Jamaah Tabligh di Mesjdid Agung Brimob, Kelapa Dua Depok. Sekitar dua ribu jamaah hadir dalam acara yang dihadiri oleh Anton Bahrul Alam dan beberapa perwira Polri, dan beberapa perwira tinggi dari Ketiga Angakatan, Darat, Laut dan Udara Tentara Nasioanl Indonesia beserta para jamaah tabligh.

Tujuan pertemuan atau silaturahim adalah untuk merekatkan kembali hubungan anatara Polri dengan TNI yang dulu tergabung dalam Depertemen Pertahanan dan Kemanan, yang kemudian terpisah sejak Masa Reformasi.

Bentuk silaturahim ini jangan dibayangkan sebagai hanya “bersalaman” lalu makan bersama. Tidak. Tapi diisi dengan pengajian atau ceramah Agama Islam, yang disampaikan secara bergiliran baik oleh Bahrul Alam sendiri, waklil-wakil dari Perwira TNI dan oleh Bapak Cecep, Dewan Suroh dari Jamaah Tabligh. Tampak hadir juga KH Muchlisin, yang juga seorang mubaligh besar Jamaah Tabligh.

Jamaah Tabligh

Sebelum laporan ini saya lanjutkan, akan saya jelaskan sedikit tentang Jamaah Tabligh. Sebenarnya kami sendiri tidak pernah menamakan diri sebagai “Jamaah Tabligh”. Tapi nama tersebut diberikan oleh masayarakat, karena memang kegiatan sehari-harinya adalah melakukan tabligh atau menyampaikan.

Kegiatan Jamaah Tabligh adalah mengajak manusia, khusnya umat Islam uantuk menjalankan agamanya secara kaffah, secara keseluruhan, sesuai Perintah Allah, yang dicontohkan oleh Nabi Muhmmad, Rasululuuh salallahu ‘alaihi wasaalam (SAW). Jamaah Tabligh selalau mengajak kepada kebaikan (amal makruf) dan mencegah yang mungkar. Namun dalam pelaksanaannya dilakukan dengan baik, dengan cara mengajak, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, tanpa kekerasan sebagaimana yang dilakukan oleh beberapa Ormas Islam.

Dalam melakukan dakwah (mengajak) dan tabligh (menyampaikan), Jamaah Tabligh mendatangi umat sampai ke kampung-kampung dan desa-desa terpencil, dari rumah ke rumah dan dari orang per orang. Bukan dengan mengumpulkan jamaah di stadion atau mesjid lalu diadakan cermah agama sebgaimana yang banyak dikenal masyarakat. Dilakukan secara tatap muka, bukan melalau TV atau radio atau tulisan. Begitulah yang dilakukan Rasulullah SAW

Tauziah Irjenpol Drs. Anton Bahrul Alam

Pembicara pertama yang meberikan tauziah (ceramah agama Islam), adalah Anton Bahrul Alam. Beliau memakai pakaian “full sunnah”, yaitu memakaii jubah dan sorban serba putih, tampak sangat berbeda penampilannya sebagai Jenderal Polisi Berbintang Dua, Ka Div Humas Polri..

Di awal tauziahnya pak Anton menjelaskan semula dia tidak bisa hadir dalam acara silaturahim tersebut karena dijadwalkan akan menemani Kapolri Timur Pradopo ke Surabaya untuk suatu acara yang penting. Tapi ahkhamdulillah, dengan kehendak Allah, acara tersebut batal, sehingga pak Anton bisa hadir dalam acara ini. Kapolri sangat mendukung acara ini, namun beliau tak bisa hadir karena ada acara dengan DPR. Namun beliau berjanji akan datang dalam kesempatan yang akan datang. Timur Pradopo mengharapkan agar acara silaturahim ini akan dilakuan secara berkala di tempat lain secara bergantian, di Mabes TNI AD, AU arau AL dan Polri

“Ustadz” Anton Bahrul Alam disamping sebagai Pejabat Tinggi Polri yang saat ini menjabat sebagai Div Humas Polri, adalah seorang “karkun” atau “dai” atau “pekerja agama”, yang berdakwah dan tabligh ke berbagai daerah.

Tauzihnya dimulai dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga para jamaah semua dapat hdir dalam acara yang mulia itu. Anton juga menyebutkan bahwa mesjid adalah tempat turunya Rahmat Allah. Setiap orang ingin mendapatkan Rahmat Allah. Untuk medapatkan Rahmat Allah, maka harus dekat dengan Allah. Kebahaggiaan di dunia maupun di Akhirat ada di mesjid.

Pak Anton juga menjelaskan mengapa dia berpakaian serba putih dan wangi, untuk mengikuti sumah-sunah Rasulullah SAW. Kalau seorang Muslim meninggal dunia, juga memakai kafan yang berwarna putih dan diberi wangi-wangian. Allah suka dengan wangi-wangian,

Selanjutnya beliau menyatakan bahwa kebahagiaan hidup, baik hidup di dunia yang sementara maupun kehidupan di Akhirat yang selama-lamanya tidak ada cara lain, selain mencontoh kehidupan Rasulullah SAW. Cara lain tidak akan membawa kebahagiaan yang hakiki.

Pak Anton memberi contoh, sebagian penduduk Jakarta “mrncari kebahagiaan” dengan pergi ke Puncak. Tapi apa yang di dapat?. Belum sampai ke Puncak, sudah dihadang kemacetan atau mobil mogok. Mau cari “kesenangan” sementara, apalagi dengan berbuat maksiat, bukan kebahagiaan yang didapat, tetapi justru sebaliknya, kesengsaraan baik di dunia, apalagi di Akhirat kelak.

Seandainya uang yang dihambur-hamburkan untuk ke Puncak itu digunakan untuk membantu fakir miskin misalnya, kita tidak saja akan mendapatkan kebhagiaan dengan membahagiakan orang lain, tapi juga mendapatkan ketenangan.

Banyak orang yang punya kekayaan melimpah, rumah mewah dan harta-benda lainnya, tapi mereka belum tentu bahagia. Tidak sedikit justru seblaiknya, ada istri ynag selingkuh, anak-anak terlibat kasus narkoba, minuman keras, dan lain sebagainya.

Panggilan Azan Untuk Shalat

Salah satu contoh “undangan Allah” untuk mendapatkan kemenangan atau kebahagiaan adalah saat Azan dikumandangkan yang memanggil kaum Muslimin untuk menjalankan ibadah shalat. Hayya shalah, haaya alal falah, mari kita raih kemenangan. Datanglah ke mesjid untuk shalat. Azan itu hakikatnya adalah panggilan dari Allah.

Bila kita dipanggil atasan saja atau bapak Presiden, pasti kita akan berusaha memenuhi panggilan tersebut sedapat mungkin. Mestinya panggilan dari Allah, lebih kita perhatikan dan dinomor-satukan. Bila kita memenuhi panggilan Allah, maka ada 70 ribu Malaikat yang akan menjaga istri dan anak-anak serta harta kita. Anton juga menyatakan bahwa rumahnya tidak dijaga polisi. Walau ada 100 polisi yang menjaga rumahnya, tentu kalah jauh dibanding dengan penjagaan para Malaikat yang berjumlah 70 ribu itu.

Pak Anton juga menekankan pentingnya seorang Muslim (laki-laki) dewasa untuk menegakkan shalat wajib lima waktu di mesjid atau mushalla, secara berjamaah di awal waktu. Bukan shalat di rumah atau di kantor, apalagi bila dilakukan sendiri-sendiri dan di akhir waktu.

Saat ini masih banyak Muslim yang tidak shalat seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW tersebut. Ini bukan salah siapa-siapa. Tapi salah kita, karena kurang berdakwah. Bila banyak dakwah, maka iman jadi lurus, bila tak ada atau kurang dakwah, maka umat jadi sesat.

Mestinya semua kegiatan kita termasuk kegiatan di kantor, disesuikan dengan jam waktu shalat. Jangan sampai waktu rapat misalnya, pada saat waktu shalat. Kalau memang rapatnya lama, saat azan berkumandang, maka rapat harus ditunda dulu. Begitu juga kegiatan kantor lainnya, mestinya menyesuaikan dengan waktu shalat. Saat azan dikumandangkan, maka semua kegiatan keduniaan haru dihentikan.

Manfaat Shalat Berjamaah

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun